News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Politik Global

Xi Jinping Bakal Saksikan Penandatanganan Kontrak Triliunan di Arab Saudi

Penulis: Setya Krisna Sumarga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden China Xi Jinping (tengah) berjalan melewati seorang pengawal kehormatan militer selama kunjungan diplomatik oleh Arab Saudi di luar Aula Besar Rakyat di Beijing, 22 Juli 2019. Xi memperingatkan pada 11 November 2021 agar tidak kembali ke ketegangan era Perang Dingin di Asia-Pasifik, mendesak kerja sama yang lebih besar dalam pemulihan pandemi dan perubahan iklim.

Kunjungan tersebut juga bertepatan dengan meningkatnya ketegangan antara Arab Saudi dan AS atas berbagai masalah mulai dari kebijakan energi hingga keamanan regional dan hak asasi manusia.

Pukulan terbaru terhadap kemitraan yang telah berlangsung puluhan tahun itu terjadi pada bulan Oktober ketika blok minyak OPEC+ setuju memangkas produksi sebesar dua juta barel per hari.

Keputusan itu menurut Gedung Putih sama dengan menyejajarkan diri dengan Rusia dalam perang di Ukraina.

Pada Minggu, OPEC+ tetap memilih untuk mempertahankan pemangkasan produksi minyak global walau pembatasan harga minyak Rusia sudah dijalankan negara G7+Australia.

China mulai melihat Arab Saudi sebagai sekutu utamanya di Timur Tengah tidak hanya karena kepentingannya sebagai pemasok minyak.

Beijing dan sebaliknya Riyadh, memiliki pandangan sama tentang campur tangan barat, terutama dalam isu-isu seperti hak asasi manusia.

Menteri Luar Negeri Wang Yi mengatakan pada Oktober, Arab Saudi adalah "prioritas" dalam strategi diplomatik China secara keseluruhan dan regional.

China saat ini membeli kira-kira seperempat dari total ekspor minyak Saudi. Pasar minyak dilanda kekacauan menyusul perang Ukraina.

Negara G7 dan Uni Eropa Jumat pekan lalu menyepakati batas harga minyak Rusia sebesar $60 per barel dalam upaya mencegah Rusia mendapatkan keuntungan besar.

"Minyak mungkin akan menjadi agenda yang lebih tinggi daripada saat Biden berkunjung," kata Torbjorn Soltvedt dari firma intelijen risiko Verisk Maplecroft.

“Ini adalah dua pemain terpenting di pasar minyak – Saudi di sisi penawaran, dan kemudian China di sisi permintaan.”

Ada potensi bagi kedua belah pihak untuk meningkatkan kerja sama dalam pembangunan infrastruktur seperti kilang.

Di luar energi, para analis mengatakan pemimpin dari kedua negara mungkin membahas kesepakatan potensial yang dapat membuat perusahaan China jauh lebih terlibat di Saudi.

Terutama proyek-proyek besar yang merupakan inti dari visi Putra Mahkota Pangeran MBS untuk mendiversifikasi ekonomi Saudi dari minyak.(Tribunnews.com/Aljazeera/xna)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini