Dalam konteks ini, pernyataan Biden terbaca sebagai nasib Timur Tengah dan rakyatnya seolah-olah hanya ditentukan persaingan antar kekuatan besar.
Pangeran MBS terlihat dingin selama kunjungan Joe Biden ke negaranya, yang membuat Presiden AS itu kecewa.
Dia terkejut saat Arab Saudi setuju dengan Rusia di dalam OPEC+ tentang pengurangan yang signifikan dalam kuota produksi minyak, daripada peningkatan untuk mengendalikan harga.
Keputusan itu bersamaan waktunya dengan pemilihan Kongres paruh waktu di AS. Jelas keputusan itu pukulan pribadi yang ditujukan kepada Biden oleh pemimpin Saudi.
Tantangan lain bagi Joe Biden adalah kunjungan Presiden China Xi Jinping ke Riyadh atas undangan sang Putra Mahkota Saudi.
Pangeran MBS juga ditunjuk sebagai perdana menteri menggantikan ayahnya. Penerimaan Presiden China Xi Jinping di Saudi jauh lebih mewah daripada yang diberikan kepada Joe Biden.
Jabat tangan antara Bin Salman dan Xi berlangsung setidaknya 10 detik, seperti yang ditunjukkan oleh para komentator. Biden harus puas dengan jabat tangan cepat dengan Pangeran MBS.
Perjanjian kemitraan strategis yang ditandatangani Arab Saudi dan China juga semakin membuat marah AS.
Gedung Putih mengatakan kunjungan Xi Jinping ke Riyadh adalah bagian dari upaya China untuk memperluas pengaruhnya ke seluruh dunia.
Meski Washington menyatakan kunjungan tersebut bukanlah kejutan, reaksi terhadapnya terlihat jelas.
Situasi itu akan menimbulkan masalah dalam hubungan antara Amerika dan China serta sekutu lainnya, termasuk Arab Saudi.(Tribunnews.com/MEMO/xna)