Sehelai bisht bisa berharga sangat mahal karena sulaman emas, perak, tembaga, dan kain sutra yang digunakan dalam pembuatannya, seperti dikutip dari laman National Clothing.
Satu bisht berkisar dari sekitar Rp 415 ribu hingga Rp 82,9 juta.
Bisa jadi jubah yang dipakai Messi harganya di atas itu.
"Bisht hitam dengan sulaman emas adalah yang paling populer setelah bisht krem dan putih. Baru diperkenalkan di '90-an. Bisht biru, marun, abu-abu biasanya dipakai anak muda. Yang tua tetap pakai warna hitam, cokelat, dan krem," kata Abu Salem.
Kain yang digunakan untuk membuat bisht, juga kini menjadi simbol perayaan, spesial, dan memberikan kesan mewah. Karena tidak lagi dibuat dari kain tebal, bisht tidak lagi umum berfungsi menghangatkan.
Royal bisht contohnya, dirancang khusus untuk pangeran, politisi, dan orang kaya. Karena itu, harganya umumnya paling mahal.
"Orang kaya biasanya pakai bisht warna hitam, madu, krem, dan krem muda. Mereka selalu pakai bisht buatan tangan dan menggunakan benang emas atau perak, kadang kombinasi keduanya," jelas Abu Salem.
Dipakai Orang Penting
Bisht kini umum digunakan politisi, cendekiawan keagamaan, dan orang-orang berpangkat tinggi di negara-negara Teluk Arab, Irak, dan negara di utara Arab Saudi.
Untuk itu, bisht juga menjadi penanda atau pembeda sosok-sosok yang memakainya.
Di kebudayaan Arab, bisht buatan tangan merupakan simbol pembeda yang sangat besar bagi pemakainya.
Karena itu, keterampilan membuat bisht juga diturunkan dari generasi ke generasi.
Daerah Al-Ahsa di Eastern Province dikenal sebagai kawasan penjahit bisht terbaik selama 2000 tahun.
Mereka juga dikenal sebagai produsen bisht terdepan di negara-negara Teluk sejak 1940.