TRIBUNNEWS.COM - Kapal MV Greenwich yang membawa pupuk Rusia untuk Afrika telah meninggalkan kota pelabuhan Gqeberha (sebelumnya bernam Port Elizabeth) di Provinsi Cape Timur, Afrika Selatan.
Pengiriman gelombang pertama itu dijadwalkan tiba di Mozambik pada 31 Desember 2022, kata seorang pejabat pelabuhan Gqeberha kepada TASS pada Selasa (27/12/2022).
"Kapal melakukan port call di Gqeberha pada 25 Desember karena badai," jelasnya.
"Diperkirakan akan menghabiskan waktu hingga tujuh hari di pelabuhan," terangnya.
"Badai sudah mereda sekarang, dan kapten memutuskan untuk melanjutkan pelayaran untuk mengirimkan kargo sebelum Tahun Baru 2023," paparnya.
Lebih jauh, sesuai jadwal, MV Greenwich akan tiba di Mozambik, Beira pada 31 Desember 2022.
Baca juga: Presiden Filipina Pertimbangkan Beli Minyak dan Pupuk Rusia di Tengah Kenaikan Harga Energi Global
Berangkat dari Belanda sejak November
MV Greenwich merupakan kapal yang disewa oleh Program Pangan Dunia (WFP).
Diwartakan Africa News, kapal itu meninggalkan Belanda pada 29 November 2022, membawa 20.000 metrik ton pupuk Rusia.
Kargo kemanusiaan itu ditujukan ke Malawi melalui Mozambik.
Bantuan ini akan menjadi yang pertama dari serangkaian pengiriman pupuk yang ditujukan ke sejumlah negara lain di benua Afrika dalam beberapa bulan mendatang.
Krisis pupuk
Sejak invasi Rusia ke Ukraina, harga pupuk dunia - yang sudah melambung karena pandemi Covid - melonjak lebih jauh.
Baca juga: Tekan Putin Berhenti Serang Ukraina, Italia Sita Kapal Mewah Seharga Rp 8,2 T Milik Bos Pupuk Rusia
Hal ini dikarenakan kuota ekspor pupuk Rusia dibatasi, dengan alasan untuk mencukupi kebutuhan petaninya sendiri.
Dikutip VOA News, Rusia merupakan pengekspor pupuk teratas secara global.
Gangguan, kelangkaan, dan kenaikan harga yang disebabkan oleh kuota telah membuat pupuk tidak terjangkau bagi beberapa petani kecil. Ini secara dramatis dapat menurunkan panen mereka, yang berpotensi menyebabkan kekurangan pangan tahun depan.
Kepala ekonom Program Pangan Dunia Arif Husain mengatakan kepada VOA bahwa negara maju dan berkembang bergantung pada pupuk untuk setengah dari produksi pangan mereka.
“Saat ini, dengan semua yang terjadi, pada dasarnya kami melihat kekurangan sekitar 66 juta ton bahan makanan pokok karena kekurangan atau keterjangkauan pupuk,” kata Arif Husain.
“Saya berbicara tentang tanaman seperti gandum, jagung, beras. Sekarang, 66 juta ton makanan itu, cukup untuk memberi makan 3,6 miliar orang selama satu bulan.”
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)