TRIBUNNEWS.COM - Kementerian Pertahanan Sri Lanka memangkas jumlah personel militernya secara drastis pada Jumat (13/1/2023).
Pemerintah Sri Lanka saat ini berusaha merombak keuangannya yang berantakan karena krisis ekonomi parah.
Angkatan bersenjata Sri Lanka juga mengalami jumlah pemotongan personel.
Kementerian pertahanan mengumumkan akan memensiunkan 65.000 tentara dari 200.000 tentaranya selama setahun.
Pemotongan tersebut merupakan bagian terbesar dari rencana untuk mengurangi pasukan darat Sri Lanka menjadi 100.000 pada akhir dekade ini.
Menurut analis ahli, gaji personel pasukan keamanan merupakan setengah dari tagihan gaji pemerintah.
Sri Lanka memperingatkan minggu ini, pendapatannya hampir tidak cukup untuk membayar pegawai negeri dan pensiun meskipun ada kenaikan pajak yang besar pada awal tahun.
“Tujuan keseluruhan dari cetak biru strategis adalah untuk membicarakan kekuatan pertahanan yang sehat secara teknis dan taktis dan seimbang,” kata pernyataan Kementerian Pertahanan Sri Lanka, seperti diberitakan Channel News Asia.
Baca juga: Inflasi Sri Lanka Menurun ke 57,2 Persen di Desember
Jumlah Personel Militer yang Membengkak
Jumlah personel angkatan bersenjata Sri Lanka masih membengkak lebih dari satu dekade, setelah berakhirnya perang saudara etnis.
Hampir 400.000 orang bertugas di militer pada kekuatan puncaknya pada tahun 2009.
Pertahanan menyumbang hampir 10 persen dari pengeluaran publik tahun lalu.
Jumlah angkatan bersenjata Sri Lanka memuncak antara 2017 dan 2019, dengan 317.000 personel menurut Data Bank Dunia.
Bahkan, jumlahnya lebih tinggi daripada selama konflik 25 tahun, dikutip dari English Arabiya.