TRIBUNNEWS.COM – Gempa dahsyat yang mengguncang Turki dan Suriah beberapa waktu lalu masih meninggalkan banyak cerita.
Getaran yang diikuti ratusan gempa susulan dirasakan di 10 provinsi serta negara-negara tetangga seperti Suriah dan Lebanon.
Laporan terbaru mengatakan bahwa ada setidaknya lebih dari 30.000 orang Turki meninggal dunia akibat reruntuhan bangunan saat terjadi gempa. Sementara itu lebih dari 80 ribu orang terluka.
Banyaknya korban gempa Turki tersebut membuat kurangnya pasokan makanan, air dan berbagai kebutuhan lainnya.
Akibatnya, kini muncul beberapa oknum melakukan penjararahan di kota-kota.
Tak hanya itu saja, pemberontakan juga terjadi di lokasi penyelamatan korban gempa hingga membuat tim penyelamat dari Austria mencari perlindungan.
Baca juga: Viral Mahasiswa Turki Beri Kesaksian Detik-detik Terjadinya Gempa, Sempat Terkunci di Apartemen
Dikutip dari kanal YouTube Tribunnews, Minggu (12/2/2023), seorang penduduk Turki bernama Mehmet Bok (26) mengatakan bahwa dirinya menyaksikan penjarahan pada hari-hari pertama setelah gempa terjadi sebelum meninggalkan kota menuju desa.
Ia melihat sendiri bahwa orang-orang menghancurkan jendela, pagar toko, hingga mobil milik orang lain.
“Orang-orang menghancurkan jendela dan pagar toko dan mobil,” kata Mehmet Bok.
Polisi Turki telah menahan setidaknya 48 orang yang diduga melakukan penjarahan di wilayah yang dilanda gempa pada (6/2/2023).
Kini puluhan orang tersebut telah ditetapkan sebagai tersangka dan sedang dimintai keterangan. Menurut laporan TV PTP, yang dilansir TASS pada Minggu (12/2), sedikitnya 48 orang telah ditahan.
Pasukan penegak hukum Turki telah menetapkan tersangka dugaan penjarahan tersebut. Adapun penahanan dilakukan di delapan provinsi di Turki.
Para tersangka kini dalam pemeriksaan.
Sementara itu, dikutip dari kanal YouTube Tribunnews, Senin (13/2/2023) beberapa negara menghentikan dan menarik bantuan kemanusiaan dari Turki karena alasan keamanan.
Beberapa negara tersebut adalah Jerman, Austria hingga China.
Mereka dilaporkan menarik bantuan kemanusiaan yang akan dikirimkan ke korban gempa Turki.
Penarikan bantuan tersebut merupakan buntut dari adanya kekacauan yang tidak terkendali akibat bentrok antar kelompok di Turki.
Aksi penjarahan yang melanda wilayah kota Hatay pasca puluhan toko ditinggal pemiliknya, telah memicu konflik lantaran puluhan anggota kelompok tersebut secara membabi buta mulai melancarkan aksi pencurian bersenjata.
Situasi yang mengancam ini lantas membuat 82 tentara dari Unit Penanggulangan Bencana Pasukan Austria terpaksa berlindung di sebuah basecamp di Provinsi Hatay Selatan dengan organisasi internasional lainnya, sambil menunggu instruksi.
Meski situasi tersebut telah diamankan otoritas Turki, pasca kejadian tersebut Austria menarik pulang tim bantuan mereka dengan alasan keamanan.
(Tribunnews.com/Linda)