News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pentagon Rilis Selfie Pilot AS yang Terbang di Atas Balon Mata-mata China Sebelum Ditembak Jatuh

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Sri Juliati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dalam foto selebaran yang disediakan oleh Departemen Pertahanan AS pada 22 Februari 2023, seorang pilot Angkatan Udara AS melihat ke bawah ke arah balon pengintai China yang dicurigai saat melayang di atas Benua Tengah Amerika Serikat pada 3 Februari 2023. Upaya pemulihan dimulai tak lama setelah itu. balon itu jatuh.

TRIBUNNEWS.COM - Pentagon merilis foto selfie yang diambil pilot jet U2 Amerika Serikat (AS) yang terbang di atas balon mata-mata China.

Balon mata-mata China memasuki wilayah udara Alaska pada 28 Januari 2023.

Objek tersebut kemudian berbelok tajam ke selatan.

Sebelumnya, para pejabat percaya balon itu akan melintasi benua Amerika dan digunakan untuk memata-matai AS.

Gambar tersebut dengan jelas memperlihatkan bola balon berwarna putih dengan panel menjuntai di bawahnya.

Foto itu dipotret oleh pilot di kokpit saat balon memasuki wilayah udara di atas benua Amerika.

Baca juga: China Peringatkan AS Soal Konsekuensi Jika Respons terhadap Balon Mata-mata Meningkat

Dalam foto selebaran yang disediakan oleh Departemen Pertahanan AS pada 22 Februari 2023, seorang pilot Angkatan Udara AS melihat ke bawah ke arah balon pengintai China yang dicurigai saat melayang di atas Benua Tengah Amerika Serikat pada 3 Februari 2023. Upaya pemulihan dimulai tak lama setelah itu. balon itu jatuh. (Departemen Pertahanan AS / AFP)

Dikutip CNN, alih-alih memperlakukannya sebagai ancaman langsung, AS bergerak untuk menyelidiki objek tersebut.

AS melihatnya sebagai peluang untuk mengamati dan mengumpulkan intelijen.

Balon mata-mata terlihat oleh publik di atas Montana dan dilacak oleh otoritas Amerika saat bergerak melintasi negara.

Kemunculan balon mata-mata telah memicu keretakan hubungan diplomatik antara AS dan China.

Guardian melaporkan, ketika balon itu berhaasil melintasi beberapa negara bagian dan menuju Samudra Atlantik, militer menanggapnya lebih aman untuk dihancurkan.

Balon itu ditembak jatuh dengan satu rudal yang ditembakkan dari jet tempur F-22 Raptor yang lepas landas dari Pangkalan Angkatan Udara Langley, Virginia.

Baca juga: Bertemu Perwakilan China, Menlu AS Secara Tegas Ungkapkan Kekecewaannya soal Balon Mata-mata

Biden ingin berbicara dengan Xi Jinping bahas balon mata-mata

Lebih jauh, Reuters melaporkan, Presiden Amerika, Joe Biden mengaku ingin berbicara dengan Presiden China, Xi Jinping mengenai balon mata-mata.

Biden tidak mengungkapkan kapan akan berbicara dengan Xi.

"Saya berharap untuk berbicara dengan Presiden Xi," ungkap Biden.

"Saya harap kami akan menyelesaikan masalah ini, tetapi saya tidak meminta maaf karena telah menjatuhkan balon itu," ucapnya, Kamis (16/2/2023).

China mengatakan balon setinggi 200 kaki (60 meter) yang ditembak jatuh itu untuk memantau kondisi cuaca.

Namun Washington mengatakan objek yang ditembak jatuh itu jelas balon pengintai dengan bagian bawah yang besar berisi barang elektronik.

Baca juga: Menlu AS Antony Blinken Akhirnya Bertemu Diplomat Top China Wang Yi Usai Insiden Balon Mata-mata

Penampakan balon Rusia yang diduga sebagai balon mata-mata. Angkatan Udara Ukraina menembak enam balon Rusia yang terbang di langit Kota Kyiv pada Rabu (15/2/2023) setelah sirene serangan berbunyi. (Twitter/The Military Watch)

Penyalahgunaan kekuasaan

Sementara itu, Russia Today melaporkan, diplomat senior China, Wang Yi mengatakan kepada Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken bahwa penembakan yang dilakukan terhadap balon China tidak lain adalah 'penyalahgunaan kekuatan' oleh AS.

Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri China menegaskan bahwa AS akan menanggung 'konsekuensi' jika mencoba membangkitkan ketegangan lebih jauh setelah insiden itu.

"Satu-satunya hal yang dicapai AS dengan menembak jatuh balon itu adalah rusaknya hubungan antara AS dan China," katanya.

Menurut Yi, AS perlu menunjukkan ketulusan dan menyelesaikan masalah tersebut, alih-alih berusaha 'mendramatisirnya' lebih jauh.

"Jika AS terus mendramatisir, membesar-besarkan atau meningkatkan situasi, itu akan ditanggapi dengan cara yang sama selama diperlukan. Semua konsekuensinya akan ditanggung oleh pihak AS," tegas Wang.

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini