TRIBUNNEWS.COM - Sejumlah 59 orang tewas setelah sebuah perahu yang membawa imigran dan pengungsi tenggelam di lepas pantai Kota Crotone, Italia, Minggu (26/2/2023).
12 anak termasuk dalam korban meninggal dunia.
Jumlah korban meninggal diperkirakan dapat bertambah.
Sejumlah 81 orang berhasil diselamatkan dan 20 orang dirawat di rumah sakit, termasuk satu orang dalam perawatan intensif.
Kapal tersebut telah berlayar dari Turki beberapa hari lalu, dengan membawa sekitar 140 hingga 150 orang berada di dalamnya.
Para imigran dan pengungsi itu berasal dari Afghanistan, Iran, Pakistan, Somalia dan beberapa negara lain, dikutip dari Al Jazeera.
Baca juga: Kapal yang Angkut Migran di Italia Selatan Karam, 58 Orang Termasuk Anak-anak Dilaporkan Tewas
Kapal yang mereka tumpangi tenggelam setelah dihantam badai.
Badan penegak hukum Italia, Guardia di Finanza, mengatakan seorang korban yang selamat, ditangkap atas tuduhan perdagangan imigran.
Wali Kota Cutro, Antonio Ceraso, mengatakan wanita dan anak-anak termasuk di antara yang tewas.
Namun, ia belum bisa memastikan jumlah kematian itu.
Antonio Ceraso mengatakan kepada saluran berita SkyTG24, dia telah melihat pemandangan yang tidak ingin dilihat siapa pun dalam hidupnya.
Ia menggambarkannya sebagai pemandangan yang mengerikan yang dapat menghantui sepanjang hidup.
Seorang pejabat pemerintah provinsi, Manuela Curra, mengatakan kapal itu meninggalkan Izmir di Turki timur tiga atau empat hari lalu.
Ia mengatakan, sulit untuk mengidentifikasi kewarganegaraan korban tewas.
Baca juga: 18 Jasad Imigran Afghanistan Ditemukan di dalam Truk, 6 Orang Didakwa terkait Perdagangan Manusia
Operasi penyelamatan melibatkan petugas pemadam kebakaran, penyelam, dan penyelamat air, dikutip dari Departemen Pemadam Kebakaran Nasional Italia di Telegram.
Tiga korban meninggal dunia ditemukan telah terseret ke Botricello dan Castro (CZ) oleh arus.
“Banyak dari imigran ini berasal dari Afghanistan dan Iran, melarikan diri dari kondisi yang sangat sulit,” kata Presiden Italia, Sergio Mattarella.
Perdana Menteri Italia, Giorgia Meloni, berjanji akan membendung arus pengungsi dan imigran yang mencapai pantai Italia.
Meski demikian, ia menyatakan belasungkawa yang mendalam atas insiden itu.
"Kesedihan yang mendalam atas insiden itu. Banyak nyawa manusia yang dipersingkat oelh perdagangan manusia," katanya.
Baca juga: Ledakan Bom di Pasar Provinsi Balochistan, Pakistan: 4 Orang Tewas dan 14 Lainnya Terluka
Dalam pernyataan terpisah, Menteri Dalam Negeri Italia, Matteo Piantedosi mengatakan insiden itu adalah tragedi besar yang menunjukkan kebutuhan mutlak untuk bertindak tegas terhadap jalur migrasi ilegal, dikutip dari DW.
Menanggapi insiden ini, Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen mengatakan, dia sangat sedih dengan tragedi itu.
Ia menyerukan kemajuan dalam reformasi peraturan suaka Uni Eropa yang terhenti.
"Kita harus melipatgandakan upaya kita pada Pakta (Uni Eropa) tentang Migrasi dan Suaka dan Rencana Aksi di Mediterania Tengah," tulisnya di Twitter.
Italia merupakan titik pendaratan utama bagi para imigran yang mencoba memasuki Eropa lewat jalur laut.
Kurang lebih 2.836 imigran tewas pada tahun 2022 saat melintasi Mediterania Tengah, jalur imigran yang dianggap paling berbahaya.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)