Untuk keenam kalinya sejak diambil alih oleh Rusia setahun yang lalu, fasilitas tersebut harus dioperasikan dengan generator diesel sampai sambungan listrik dipulihkan.
Listrik dibutuhkan untuk mendinginkan bahan radioaktif yang ada di PLTN.
Baca juga: IMF Prediksi Ekonomi Rusia akan Menyusut 7 Persen Akibat Perang di Ukraina
"Hilangnya semua daya eksternal hari ini sekali lagi menunjukkan betapa rapuh dan berbahayanya situasi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhzhya," kata Rafael Grossi, kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA).
Sebelumnya pada hari Kamis Grossi menyerukan komitmen internasional untuk melindungi PLTN tersebut.
"Setiap kali kita melempar dadu. Dan jika kita membiarkan ini terus berlanjut dari waktu ke waktu maka suatu hari keberuntungan kita akan habis," kata Grossi.
Di ibu kota Kyiv, layanan darurat mendatangi lokasi ledakan di distrik barat dan selatan.
Sebuah rudal juga menghantam fasilitas energi di kota pelabuhan Odesa, yang memicu pemadaman listrik, kata gubernurnya Maksym Marchenko.
Daerah pemukiman juga terkena tapi tidak ada korban yang dilaporkan.
Di tempat lain, militer Ukraina mengatakan telah memukul mundur serangan intens Rusia di kota timur Bakhmut.
Di sisi lain, pasukan Rusia justru mengklaim telah menguasai bagian timurnya.
Baca juga: Medan Perang di Bakhmut Makin Brutal, Meski Telah Dikepung, Pasukan Zelensky Tetap Dipertahankan
Moskow telah mencoba merebut Bakhmut selama berbulan-bulan, karena kedua belah pihak menderita kerugian besar dalam perang ini.
"Musuh melanjutkan serangannya dan tidak menunjukkan tanda-tanda berhenti menyerbu kota Bakhmut," kata staf umum angkatan bersenjata Ukraina.
"Pejuang kami menangkis serangan terhadap Bakhmut dan masyarakat sekitar."
Sekitar 20.000 dan 30.000 tentara Rusia telah tewas atau terluka dalam pertempuran di kota Bakhmut, Ukraina, sejak dimulai musim panas lalu, kata para pejabat Barat.
Namun angka-angka tersebut tidak dapat diverifikasi secara independen.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)