TRIBUNNEWS.COM - Sejumlah 19 orang meninggal dunia akibat serangan militan di Kongo, pada Minggu (12/3/2023).
Militan itu juga membakar pusat kesehatan dan rumah warga.
Orang-orang bersenjata yang dicurigai sebagai bagian dari militan Allied Democratic Forces (ADF), menyerang warga sipil di kota Kirindera.
Mantan gubernur provinsi Kivu Utara, Carly Nzanzu mengonfirmasi penyerangan ini melalui wawancara dengan media pemerintah.
Serangan ADF telah menewaskan puluhan orang di beberapa desa Kivu Utara dalam beberapa hari terakhir, dikutip dari US News.
Pihak berwenang Kongo mengatakan orang-orang dibunuh dengan senjata, pisau, dan parang.
Baca juga: Israel Bunuh 3 Militan Palestina setelah Upaya Baku Tembak di Kota Nablus
Kekerasan ADF di Kongo
Konflik telah meningkat selama beberapa dekade di Kongo timur.
Lebih dari 120 kelompok bersenjata berjuang untuk mendapatkan kekuasaan, pengaruh dan sumber daya, dan sebagian untuk melindungi komunitas mereka.
ADF sebagian besar aktif di provinsi Kivu Utara tetapi baru-baru ini memperluas operasinya ke provinsi tetangga Ituri.
Kantor berita Aamaq, yang terkait dengan kelompok ISIS, memposting pernyataan ISIS pada Sabtu (11/3/2023), yang mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan lebih dari 35 orang Kristen dan melukai puluhan orang di Kongo timur pada Kamis (9/3/2023).
Tidak ada tentara angkatan bersenjata yang berjaga di daerah itu.
"Kelompok ini terkenal karena kekerasan ekstremnya dan hubungannya dengan ISIS memberikan akses ke jaringan jihadis regional dan sumber pendanaan," kata Benjamin Hunter, analis Afrika untuk Verisk Maplecroft, sebuah perusahaan penilai risiko, dikutip dari VOA Internasional.
Baca juga: 2 Tentara Suriah Tewas dalam Baku Tembak dengan Militan Jabhat al-Nusra di Latakia
Pada 22 Januari 2023, ADF menyerang pemukiman di Beni, Kivu Utara, Kongo.