Selama tur media di fasilitas penelitian penerbangan institut pada hari ini, wartawan melihat dari jarak dekat berbagai drone tempur dan pengintai yang dikembangkan Taiwan.
Salah satu drone pengintai baru adalah UAV Albatross II, yang mampu melakukan pengawasan dalam waktu lama dan melacak kapal angkatan laut menggunakan kecerdasan buatan (AI).
Drone itu mampu terbang di udara terus menerus selama 16 jam dan memiliki jangkauan maksimum lebih dari 300 kilometer atau 186 mil, menurut keterangan dari institut tersebut kepada wartawan.
Baca juga: Serangan Drone di Wilayah Rusia, Putin Perintahkan Kontrol Perbatasan dengan Ukraina Diperketat
Drone pengintai baru lainnya yang menjadi sorotan adalah UAV Cardinal III, yang mampu lepas landas dan mendarat secara vertikal, dan dirancang untuk memantau kegiatan di sepanjang garis pantai, kata institut itu.
Drone tempur utama yang diluncurkan adalah Loitering Munition UAV, yang dapat dioperasikan oleh satu tentara. Drone itu dilengkapi dengan hulu ledak dan mampu menargetkan individu atau kendaraan dari langit.
Institut itu mengungkapkan Loitering Munition UAV terinspirasi dari drone Switchblade 300 buatan AS, yang banyak digunakan militer Ukraina untuk menargetkan sistem radar musuh dalam pertahanannya melawan invasi Rusia.
Jenis drone tempur baru lainnya juga dirancang untuk memanfaatkan sistem satelit GPS dan teknologi pelacakan gambar untuk melancarkan serangan, ungkap institut tersebut.
Baca juga: Ukraina Luncurkan Drone ke Rusia, Presiden Vladimir Putin Minta FSB Perketat Perbatasan
Beberapa drone militer dalam negeri yang sudah digunakan oleh militer Taiwan juga dipamerkan, termasuk UAV Drone Medium Altitude Long Endurance yang mampu melakukan pengawasan jarak jauh dan memberikan peringatan udara dan laut tingkat lanjut, tambah institut tersebut.
Namun, dalam tur tersebut para awak media diberitahu bahwa spesifikasi seputar kemampuan drone tidak akan diungkapkan karena dianggap rahasia oleh pemerintah Taiwan.
Chi mengatakan drone baru sedang diuji oleh militer Taiwan dan kemungkinan akan memasuki produksi massal paling cepat akhir tahun ini.