TRIBUNNEWS.COM - Amerika Serikat (AS) menggambarkan kesepakatan normalisasi hubungan diplomatik antara Iran dan Arab Saudi yang ditengahi China sebagai hal baik.
Namun, tidak bisa dipungkiri, kesepakatan itu membuat pengaruh Washington berkurang di wilayah tersebut.
Dikutip dari Al Jazeera, menurut para analis, pakta antara Riyadh dan Teheran yang diumumkan pekan lalu di Beijing, hanya memperkuat realitas peran Tiongkok sebagai mitra perdagangan yang signifikan.
"Fakta bahwa Teheran dan Riyadh memutuskan untuk mengubur kapak perang, baik untuk semua orang,” kata Jorge Heine, seorang profesor di Universitas Boston.
“Ini bagus untuk Amerika Serikat. Ini bagus untuk China. Ini bagus untuk Timur Tengah.”
Heine, yang sebelumnya menjabat sebagai duta besar Chili untuk China, mengatakan pakta antara dua rival Timur Tengah itu adalah "terobosan diplomasi besar" China, tetapi tidak berarti itu adalah kemunduran bagi AS.
Baca juga: Arab Saudi Umumkan 10 Aturan Baru Selama Bulan Ramadan 2023
Ia mengatakan kepada Al Jazeera, perjanjian itu harus membuat Washington memikirkan kembali kebijakan konfrontatifnya terhadap negara lain.
Pemulihan hubungan Teheran-Riyadh mengikuti bertahun-tahun ketegangan yang telah meluas di Timur Tengah, terutama di Yaman, di mana konflik antara pemerintah yang didukung Saudi dan pemberontak Houthi yang bersekutu dengan Iran, telah memicu krisis kemanusiaan yang sangat besar.
Peran China
Rincian pasti perjanjian itu belum dipublikasikan, tetapi pernyataan bersama pada 10 Maret, mengatakan pakta itu menegaskan "penghormatan terhadap kedaulatan negara dan tidak campur tangan dalam urusan internal negara".
Kedua negara juga sepakat untuk melanjutkan hubungan diplomatik yang telah ditangguhkan sejak 2016 dan menghidupkan kembali pakta keamanan dan budaya selama beberapa dekade.
Dalam rekaman yang ditayangkan oleh media Iran, diplomat top China, Wang Yi, mengucapkan selamat untuk kedua negara.
Baca juga: Indonesia Dukung Pemulihan Hubungan Iran dan Arab Saudi
"Kedua belah pihak telah menunjukkan ketulusan," kata Wang Yi yang menjabat sebagai diplomat paling senior China.
"China mendukung penuh perjanjian ini," tambahnya.