“Ini momen besar, sangat positif bagi negara secara keseluruhan karena kepatuhan terhadap program akan menunjukkan jalan keluar dari krisis yang sebagian disebabkan oleh diri sendiri,” ungkap Sterne.
“Dalam kasus Sri Lanka, pemerintah sebelumnya menang telak di platform kebijakan ekonomi yang mengerikan yang membuat krisis tak terhindarkan, yang menyebabkan perubahan politisi yang berkuasa di bawah bayang-bayang protes sosial,” tambah Sterne.
Ekonom itu mengatakan “tata kelola yang buruk” dan “kurangnya insentif untuk mengejar kebijakan yang bertanggung jawab” tetap menjadi perhatian ke depan.
Ini menjadi ke-17 kalinya Sri Lanka mendekati IMF untuk mendapatkan dana bantuan. Sementara Wickremesinghe dalam pidatonya baru-baru ini mengakui, “tidak ada ruang untuk kegagalan dalam menyelesaikan setiap tugas yang telah disepakati dengan IMF, tidak seperti 16 kesempatan sebelumnya.”
“Salah satu prediktor terbaik tentang siapa yang akan mengalami krisis utang di masa depan adalah berapa banyak krisis yang Anda alami di masa lalu, dan Sri Lanka mungkin berjuang untuk memulihkan reputasinya di pasar keuangan internasional,” kata Sterne.
“Bahkan jika program IMF berhasil, apa yang akan menjadi langkah politisi setelah IMF pergi?” lanjutnya.