TRIBUNNEWS.COM - Komandan Ukraina menyebut pasukannya akan segera meluncurkan serangan balasan di Bakhmut.
Dilansir ABC News, Ukraina dalam mode bertahan selama 4 bulan, tapi kini akan mulai menyerang ketika pasukan Rusia mulai kehilangan momentumnya.
"Tentara bayaran Wagner Rusia kehilangan kekuatan yang cukup besar dan kehabisan tenaga," kata komandan pasukan darat Kyiv Oleksandr Syrskyi dalam sebuah postingan di media sosial.
"Segera, kami akan memanfaatkan kesempatan ini, seperti yang kami lakukan di masa lalu di dekat Kyiv, Kharkiv, Balakliya dan Kupiansk," tambahnya.
Tidak ada tanggapan langsung dari Moskow soal anggapan pasukannya di Bakhmut kehilangan momentum.
Tetapi bos Wagner Yevgeny Prigozhin mengeluarkan pernyataan pesimistis dalam beberapa hari terakhir yang memperingatkan serangan balasan Ukraina.
Baca juga: Update Perang Rusia vs Ukraina Hari ke-394 Invasi: Hubungan Moskow dan Barat Ada di Titik Terendah
Pada hari Senin (20/3/2023), Prigozhin menerbitkan surat untuk Menteri Pertahanan Sergei Shoigu, mengatakan Ukraina bertujuan memotong pasukan Wagner dari pasukan reguler Rusia.
Wartawan di dekat garis depan utara Bakhmut melihat tanda-tanda yang konsisten dengan klaim bahwa serangan Rusia di daerah itu mulai lesu.
"Di sini sangat panas seminggu yang lalu, tetapi dalam tiga hari terakhir menjadi lebih sepi," kata seorang tentara Ukraina yang menggunakan tanda panggilan "Kamin", atau "Batu".
“Ini bisa kita lihat dari serangan udara musuh."
"Jika sebelumnya ada lima sampai enam serangan udara dalam sehari, hari ini kita hanya melakukan satu kali serangan helikopter dan itu terlalu jauh sehingga tidak efektif,” kata seorang tentara, anggota anti-unit pesawat di Brigade Serangan Gunung ke-10.
Desakan Bantuan Senjata
Perlambatan serangan Rusia di Bakhmut bisa jadi karena Moskow mengalihkan pasukan dan sumber dayanya ke daerah lain.
Inggris mengatakan pada hari Kamis bahwa pasukan Rusia telah memperoleh keuntungan lebih jauh ke utara bulan ini, sebagian mendapatkan kembali kendali atas pendekatan ke kota Kreminna, target Ukraina.