Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, BRUSSELS - Parlemen Turki menyetujui dengan suara bulat tawaran Finlandia untuk bergabung menjadi anggota NATO, menyelesaikan rintangan terakhir bagi negara Nordik untuk secara resmi menjadi anggota penuh blok militer pimpinan Amerika Serikat (AS) itu.
Dalam pemungutan suara pada Kamis kemarin, 276 anggota parlemen Turki yang hadir memilih untuk meratifikasi aplikasi Finlandia.
Dikutip dari Russia Today, Jumat (31/3/2023), Turki merupakan negara terakhir dari 30 anggota NATO yang mendukung tawaran Finlandia, setelah Hongaria secara resmi mendukung aksesinya pada awal pekan ini.
Finlandia diatur untuk secara resmi bergabung dengan NATO pada pertemuan puncak blok di Lithuania pada Juli 2022.
Pada awal bulan ini, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mencabut keberatannya terhadap keanggotaan Finlandia, dengan mengatakan pihaknya telah mengambil 'langkah-langkah otentik dan konkret' dalam memenuhi janjinya.
Termasuk tindakan keras terhadap kelompok-kelompok Kurdi yang dianggap Turki sebagai 'teroris'.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menyambut baik ratifikasi tersebut, menambahkan bahwa itu akan 'membuat seluruh keluarga NATO lebih kuat dan lebih aman'.
Presiden Finlandia Sauli Niinisto juga berterima kasih kepada para anggota blok tersebut atas 'kepercayaan dan dukungan' mereka.
Baca juga: Erdogan Akhirnya Beri Lampu Hijau Pemohon Aplikasi NATO, Ini Syaratnya
"Finlandia sekarang siap untuk bergabung dengan NATO. Kami berharap dapat menyambut Swedia untuk bergabung dengan kami secepat mungkin," tegas Niinisto.
Sementara itu, dalam beberapa minggu terakhir, Turki telah melunakkan pendiriannya tentang rencana bergabungnya Finlandia dengan aliansi trans-Atlantik ini.
Namun hal yang sama tidak berlaku untuk Swedia, karena Turki menuduh negara itu menyembunyikan 'teroris' Kurdi dan gagal menepati janjinya.
Baca juga: Parlemen Turki Setujui Finlandia Gabung NATO, Rusia Sempat Beri Peringatan
Hubungan antara Turki dan Swedia bahkan semakin diperumit oleh aksi protes yang dilakukan dengan pembakaran Al-quran di Stockholm pada Januari lalu.
Aksesi Swedia ke blok yang dipimpin AS juga ditahan oleh Hongaria, dengan para pejabatnya menunjuk pada 'banyaknya keluhan yang perlu ditangani'.
Awal bulan ini, Hongaria mengecam Swedia karena apa yang disebutnya menyebarkan 'kebohongan' tentang supremasi hukum di negara itu.
Baca juga: Rusia Tembak Jatuh Drone AS, NATO Murka: Ancam Ambil Langkah Agresif
Baik Finlandia dan Swedia telah membuang sikap netral yang dipegang selama puluhan tahun dan mendaftar untuk bergabung dengan NATO pada tahun lalu.
Ini terjadi karena perubahan dalam lingkungan keamanan Eropa, setelah Rusia memulai operasi militernya di Ukraina pada Februari 2022.
Awal bulan ini, Sekretaris Pers Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Rusia 'menyesalkan' kedua negara Nordik itu mengajukan permohonan untuk bergabung dengan blok tersebut.
"Rusia tidak menimbulkan ancaman apapun bagi negara-negara ini, karena tidak ada perselisihan dengan mereka," kata Peskov saat itu.