Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan kepada anggota parlemen, bahwa negaranya akan terus menyerukan pembebasan karyawan yang ditahan.
Dua negara Asia itu menghadapi serangkaian masalah bilateral termasuk kebuntuan berkepanjangan atas pulau-pulau yang disengketakan di Laut China Timur.
China juga telah menyatakan penentangan terhadap rencana Jepang untuk membuang limbah yang diolah dari pembangkit nuklir Fukushima Dai-ichi yang dilanda tsunami ke laut.
Kunjungan Hayashi mengikuti pertemuan Kishida dan Presiden Xi Jinping di Bangkok pada November tahun lalu. Pertemuan itu juga terjadi beberapa minggu sebelum Jepang menjadi tuan rumah KTT Group of Seven (G7), di mana Kishida telah mengundang banyak pemimpin tamu dari Asia dan sekitarnya, tetapi tidak mengundang Xi.
Masalah Taiwan
Dalam pertemuan tersebut, Qin juga mendesak Jepang untuk menjauhi isu-isu terkait Taiwan dan menjauhi hal-hal yang dapat membahayakan kedaulatan China.
Banyak pejabat di Jepang, yang memandang stabilitas Taiwan sebagai kunci keamanan Jepang, telah mengungkapkan kekhawatiran bahwa suatu hari China mungkin akan merebut Taiwan dengan paksa.
“Koeksistensi damai dan kerja sama yang bersahabat adalah satu-satunya pilihan yang tepat untuk hubungan China-Jepang,” kata Qin.
China dan Jepang mengumumkan mereka telah selesai membuat hotline militer yang bertujuan membangun kepercayaan dan menghindari insiden tak terduga pada Jumat (31/3/2023).
Terkait kasus karyawan perusahaan farmasi yang ditahan di China atas dugaan spionase, Qin menegaskan kasus tersebut akan ditangani sesuai hukum yang berlaku.
Sedangkan Hayashi mengatakan pada konferensi pers hari Minggu, dia mendesak China untuk segera membebaskan karyawan tersebut.