TRIBUNNEWS.COM, GAZA - Pemimpin Palestina menuduh otoritas Israel menciptakan suasana eskalasi dan ketidakstabilan di kota Yerusalem, di tengah bentrokan yang terus berlanjut antara warga Palestina dan polisi Israel di Temple Mount.
Pernyataan ini disampaikan Juru bicara Kepresidenan Palestina, Nabil Abu Rudeineh pada Rabu (6/4/2023) kemarin.
Pada Selasa malam waktu setempat, pasukan Israel menyerbu aula masjid Al-Aqsa dan menyerang jamaah Palestina menggunakan granat kejut, gas, peluru karet, pentungan dan senapan.
Dikutip dari laman Sputnik News, Kamis (6/4/2023), Polisi Israel mengatakan pada Rabu kemarin bahwa mereka telah menangkap lebih dari 350 orang yang 'secara keras membarikade' diri mereka sendiri di dalam masjid.
"Pasukan pendudukan Israel terus menyerbu Masjid Al-Aqsa yang diberkahi dan menciptakan suasana eskalasi, ketidakstabilan dan ketegangan. Penyerbuan Israel terhadap Masjid Al-Aqsa dan serangan terhadap jamaah membahayakan upaya Amerika Serikat (AS) yang telah berusaha untuk membawa perdamaian dan stabilitas selama bulan Ramadan yang diberkahi," kata Abu Rudeineh dalam sebuah pernyataan.
Baca juga: Anwar Abbas: Tingkat Kebiadaban Israel Sudah Sangat Melampaui Batas
Ia menambahkan kelanjutan bentrokan ini menegaskan bahwa pemerintah sayap kanan Israel ingin menyeret kawasan itu ke dalam degradasi dan ketidakstabilan lebih lanjut.
Sementara itu, portal berita Israel Arutz Sheva melaporkan pada Rabu kemarin bahwa bentrokan antara jamaah Muslim dan polisi di Temple Mount terjadi pada malam kedua.
Menurut laporan itu, sedikitnya 11 orang telah ditahan terkait bentrokan ini.
Perlu diketahui, permusuhan antara Palestina dan Israel telah terjadi sejak pendirian negeri zionis itu yang terakhir pada 1948.
Palestina kini terus mencari pengakuan diplomatik atas negara merdeka mereka di wilayah Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur yang sebagian telah diduduki oleh Israel, dan Jalur Gaza.
Di sisi lain, pemerintah Israel menolak untuk mengakui Palestina sebagai entitas politik dan diplomatik yang independen.
Bahkan Israel secara sengaja membangun pemukiman di wilayah pendudukan, meskipun ada sikap keberatan yang ditunjukkan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).
Kekerasan pun telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir di Tepi Barat, di tengah serangan penangkapan Israel yang dilakukan hampir setiap hari di daerah-daerah yang dikuasai Palestina.
Pada Maret lalu, Palestina dan Israel sepakat membentuk mekanisme untuk menekan kekerasan dan melawan pernyataan serta tindakan yang menghasut selama pertemuan keamanan di kota peristirahatan Mesir Sharm El-Sheikh.