TRIBUNNEWS.COM, YERUSALEM – Pasukan berseragam Israel dilaporkan menyerbu jemaah Palestina yang sedang beribadah Sholat tarawih di Masjid Al-Aqsa, Yerusalem timur, pada Rabu (5/4/2023).
Imbas serangan tersebut sejumlah warga Palestina mengalami luka – luka lantaran terkena tembakan peluru karet serta pukulan dari petugas. Pasukan Israel mengklaim bahwa aksi tersebut dilakukan sebagai bentuk "penertiban perusuh".
Setelah sebelumnya beberapa penjahat bertopeng mengunci diri mereka di dalam masjid usai melemparkan batu dan menembakan kembang api ke arah petugas.
“Ketika polisi masuk, mereka dilempari batu dan kembang api yang ditembakkan dari dalam masjid oleh sekelompok besar agitator,” kata Polisi Israel dalam pernyataannya. Mereka menambahkan bahwa seorang petugas polisi terluka di kaki.
Baca juga: 165 Orang Israel Serbu Masjid Al-Aqsa, setelah Polisi Tangkap 350 Jemaah Palestina
Jamaah yang selesai menunaikan ibadah tarawih, awalnya sempat mengunci diri didalam masjid untuk menghindari polisi Israel. Namun secara mengejutkan polisi Israel memecahkan jendela dan menembakkan gas air mata serta granat kejut.
Berikut rangkuman fakta - fakta terkait serangan Israel ke jamaah Palestina di Masjid Al-Aqsa.
Jamaah di Masjid Al-Aqsa Dipukuli
Dalam sebuah video yang beredar di sosial media tampak pasukan Israel tengah memukuli jamaah berulang kali dengan pentungan. Serta menembakan sejumlah senjata anti huru hara pada Jemaah yang berada di dalam Masjid Al-Aqsa.
Suara teriakan minta tolong dari perempuan dan anak-anak juga terdengar jelas dalam unggahan video tersebut.
Berdasarkan informasi palang merah Bulan Sabit Merah Palestina, ada sekitar 7 jamaah Palestina yang menjadi korban akibat serangan itu, dikutip dari Alarabiya News.
"Setiap orang dari mereka dipukuli dengan kejam," kata salah satu jamaah.
Akses Petugas Medis Dilarang Masuk Masjid Al-Aqsa
Organisasi Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) mengatakan pihaknya dilarang memasuki kawasan Masjid Al-Aqsa, setelah menerima banyak laporan tentang jamaah yang cedera.
Bahkan, seorang petugas medis terluka usai menjadi korban amukan petugas polisi Israel yang berada di luar gerbang masjid.
Akibat pemblokiran tersebut ribuan jamaah terpaksa menghabiskan malam di kompleks masjid sambil diselimuti ketakutan.
Ratusan Jamaah Ditahan
Usai melakukan penyerangan, polisi Israel diketahui menahan 500 orang yang ada di dalam masjid Al -Aqsa, termasuk pria bermasker yang membawa batu, tongkat dan kembang api ke dalam masjid.
"Kami menangkap dan memindahkan mereka yang membarikade diri sendiri di dalam Masjid di Kota Tua di Yerusalem Timur," kata Kepolisian Israel seperti dikutip dari AFP.
Selain warga Palestina, pasukan polisi Israel juga turut menangkap para aktivis Yahudi garis keras yang hendak menggelar tradisi kurban jelang Paskah di Raphael Morris yang berdekatan dengan kompleks Masjid Al-Aqsa.
Polisi Israel berdalih penangkapan ini dilakukan untuk mencegah perpecahan yang mungkin terjadi karena Paskah Yahudi jatuh di bulan Ramadhan.
Meski ini bukan kali pertama yang dilakukan Israel, namun serangan tersebut merupakan yang terbesar hingga menggegerkan dunia.
Mengutip dari CNBC International, selama setahun terakhir, pasukan Israel telah melakukan ribuan penangkapan di Tepi Barat.
Serta membunuh lebih dari 250 warga Palestina, sementara lebih dari 40 warga Israel dan tiga warga Ukraina tewas dalam serangan Palestina.
Memancing Peluncuran 9 Roket dari Kelompok Gaza
Tak lama usai insiden penyerangan itu, kelompok di Jalur Gaza yang kerap disebut sebagai teroris, menembakkan sembilan roket, pada Kamis (6/4/2023).
Baca juga: Anwar Abbas: Tingkat Kebiadaban Israel Sudah Sangat Melampaui Batas
Dari sembilan roket tersebut, tujuh roket meledak di langit. Sementara dua roket jatuh ke arah Laut Mediterania dan sisanya meledak di sekitar wilayah padat penduduk di Israel. Hingga memicu kepanikan dan membuat penduduk setempat mengungsi di tempat perlindungan bom.
Memicu Perang Lintas Batas
Konfrontasi yang terjadi di tempat paling suci dalam Yudaisme ini telah mematik perang lintas batas antara Israel dan penguasa Hamas di Gaza yang sebelumnya telah mereda di tahun 2021.
Hamas mengutuk serangan terakhir sebagai kejahatan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan meminta warga Palestina di Tepi Barat untuk melindungi masjid Al-Aqsa agar tak jatuh ke tangan Israel.
Dunia Kecam Israel
Kecaman pun datang dari banyak pihak. Termasuk sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres yang mengaku terkejut setelah melihat pasukan keamanan Israel memukuli jamaah di masjid.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby juga ikut bersuara. Pihaknya mengatakan sangat prihatin dengan kekerasan yang saat ini tengah terjadi.
Hal senada juga disampaikan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, ia mengutuk keras tindakan polisis Israel. Menurutnya apa yang terjadi sudah di luar batas.