Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, TAIPEI - Kementerian pertahanan Taiwan mengatakan sedang memantau pergerakan Pasukan Roket Beijing, ketika China memulai latihan militer hari kedua di sekitar Taiwan pada hari ini, Minggu (9/4/2023).
China, yang mengklaim Taiwan yang diperintah secara demokratis sebagai wilayahnya sendiri, memulai latihan militer selama tiga hari di sekitar pulau itu pada Sabtu (8/4/2023).
Latihan itu digelar sehari setelah Presiden Taiwan Tsai Ing-wen kembali dari kunjungan singkatnya ke Amerika Serikat (AS).
Baca juga: Parlemen AS Gelar Pertemuan dengan Bos Apple dan Disney, Bahas Persaingan dengan China
Sebagian besar latihan militer China pada Sabtu berakhir saat matahari terbenam, menurut keterangan seorang sumber.
Sementara kementerian pertahanan Taiwan mengatakan latihan itu dilanjutkan pada hari ini dan pihak militer pulau itu melihat beberapa pesawat termasuk pesawat tempur Su-30 dan J-11, serta kapal Beijing.
“Mengenai pergerakan Pasukan Roket komunis China, militer negara juga memiliki pemahaman yang erat melalui sistem intelijen, pengawasan dan pengintaian bersama, dan pasukan pertahanan udara tetap waspada,” kata kementerian itu, yang dikutip dari Reuters.
Baca juga: Perkuat Aliansi, Jepang dan Amerika Serikat Latihan Militer Bersama di Laut Jepang
Pasukan Roket Tentara Pembebasan Rakyat bertanggung jawab atas sistem rudal darat China.
Setelah kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taipei pada Agustus tahun lalu, China menggelar latihan perang di sekitar Taiwan termasuk menembakkan rudal ke perairan dekat pulau itu, meskipun kali ini belum mengumumkan latihan serupa.
Saat berada di Los Angeles pada pekan lalu, pada transit dalam perjalanan pulang dari Amerika Tengah, Tsai bertemu dengan ketua DPR AS Kevin McCarthy, meskipun Beijing memperingatkan akan mengambil tindakan tegas terkait hal itu.
Kedutaan Besar AS secara de facto di Taiwan mengatakan pada hari ini bahwa Amerika Serikat memantau latihan China di sekitar Taiwan dengan cermat untuk memastikan perdamaian dan stabilitas.
Saluran komunikasi AS dengan China tetap terbuka, dan Amerika Serikat secara konsisten mendesak untuk menahan diri serta tidak ada perubahan pada status quo, kata juru bicara American Institute di Taiwan, yang berfungsi sebagai kedutaan besar tanpa adanya hubungan diplomatik formal.
Washington memutuskan hubungan diplomatik dengan Taipei demi Beijing pada 1979.
Namun, Amerika Serikat terikat oleh undang-undang untuk menyediakan pulau itu sarana untuk mempertahankan diri.
China, yang tidak pernah meninggalkan penggunaan kekuatan untuk menguasai pulau itu, mengatakan Taiwan adalah masalah paling penting dan sensitif dalam hubungannya dengan Amerika Serikat.
Topik tersebut sering menjadi sumber ketegangan antara Washington dan Beijing.
Beijing menganggap Tsai sebagai separatis dan telah menolak seruannya yang berulang kali untuk melakukan pembicaraan.
Sedangkan Tsai mengatakan hanya rakyat Taiwan yang bisa menentukan masa depan mereka.
*Pesawat Tempur dan Kapal Perang China*
Selama tiga tahun terakhir ini, China telah meningkatkan tekanan militernya terhadap Taiwan.
Beijing menerbangkan pesawat-pesawat tempurnya secara rutin di sekitar Taiwan, meskipun tidak di wilayah udara teritorialnya atau di atas pulau itu.
Kementerian pertahanan Taiwan mengatakan pada Minggu pagi bahwa dalam 24 jam sebelumnya, mereka telah melihat 71 pesawat angkatan udara dan sembilan kapal angkatan laut China di sekitar Taiwan.
Kementerian tersebut menerbitkan sebuah peta yang menunjukkan sekitar setengah dari pesawat-pesawat tersebut, termasuk Su-30 dan J-11, melintasi garis median Selat Taiwan, yang selama bertahun-tahun berfungsi sebagai penghalang tidak resmi antara kedua belah pihak.
Kementerian Pertahanan Taiwan telah mengindikasikan bahwa semua 71 pesawat telah melintasi garis tersebut pada Sabtu (8/4/2023).
Namun, kementerian itu mengklarifikasi jumlah tersebut hari ini dengan peta yang menunjukkan di mana penyeberangan dilakukan dan oleh berapa banyak pesawat.
Media pemerintah China mengatakan pesawat-pesawat tersebut dipersenjatai dengan senjata tajam.
Jet-jet angkatan udara Taiwan juga biasanya membawa senjata tajam ketika mereka bergegas untuk menghalau serangan China.
Dewan Urusan Kelautan Taiwan, yang menjalankan Pasukan Penjaga Pantai, mengeluarkan rekaman di saluran YouTube-nya pada Sabtu.
Rekaman tersebut menunjukkan salah satu kapalnya membayangi kapal perang China, meskipun tidak memberikan lokasi yang tepat.
"Anda secara serius merusak perdamaian, stabilitas, dan keamanan regional. Tolong segera berbalik dan pergi. Jika Anda terus melanjutkan, kami akan mengambil tindakan pengusiran," kata seorang perwira Penjaga Pantai melalui radio kepada kapal China.
Rekaman lain menunjukkan sebuah kapal perang Taiwan, Di Hua, mendampingi kapal Penjaga Pantai dalam apa yang disebut oleh petugas Penjaga Pantai sebagai "kebuntuan" dengan kapal perang China.
Namun, penerbangan sipil di sekitar Taiwan, termasuk ke Kinmen dan Matsu, dua kelompok pulau yang dikuasai Taiwan tepat di sebelah pantai Cina, tetap berjalan seperti biasa.
Pada bulan Agustus, lalu lintas udara sipil terganggu setelah China mengumumkan zona larangan terbang yang efektif di beberapa blok yang dekat dengan Taiwan di mana mereka menembakkan rudal.
Taiwan telah berusaha untuk memulai kembali pertukaran yang terhenti selama pandemi COVID-19 untuk menunjukkan niat baik kepada Beijing.
Langkah tersebut termasuk mengizinkan penerbangan dilanjutkan ke sejumlah besar kota di China, tetapi Beijing mengeluh bahwa Taipei terlalu lambat.
Surat kabar resmi Partai Komunis China yang berkuasa, People's Daily, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa perdamaian, pembangunan, pertukaran, dan kerja sama adalah "aspirasi bersama" orang-orang di kedua sisi Selat Taiwan.
"Rekan-rekan sebangsa di kedua sisi selat memiliki akar yang sama dan budaya yang sama. Mereka adalah keluarga yang darahnya lebih kental daripada air. Keduanya mendapat manfaat dari perdamaian, keduanya menang dari kerja sama," kata surat kabar tersebut.