TRIBUNNEWS.COM, MOSKWA - Negara Barat bereaksi berlebihan terhadap rencana Rusia untuk membangun fasilitas penyimpanan senjata nuklir taktis di Belarusia.
Pernyataan tersebut disampaikan Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov pada hari Minggu kemarin.
"Ini adalah topik yang sangat penting sekarang. Kami melihat reaksi kolektif Barat yang sangat tidak terkendali terhadap pengumuman yang dibuat oleh Presiden (Rusia Vladimir) Putin," kata Peskov.
Bahkan Barat justru melupakan keberadaan senjata nuklir Amerika Serikat (AS) yang telah jelas ditempatkan di Eropa.
"Kolektif Barat, entah bagaimana cenderung tidak mengingat masalah senjata nuklir Amerika yang berbasis di sini, di Eropa, di sekitar negara kami. Dalam kasus ini mereka malah cenderung bereaksi begitu histeris terhadap rencana kami untuk membangun fasilitas penyimpanan senjata nuklir taktis di wilayah Belarusia," tegas Peskov.
Dikutip dari laman Sputnik News, Senin (10/4/2023), pada akhir Maret lalu, Presiden Vladimir Putin menyatakan bahwa senjata nuklir taktis Rusia akan ditempatkan di Belarusia sebagai respons atas penempatan persenjataan NATO di dekat perbatasan Rusia.
"Kami sepakat bahwa dalam hal ini, (Presiden Belarusia) Alexander Grigorievich (Lukashenko) benar saat ia mengatakan 'dengarkan, kami adalah sekutu terdekat anda. Mengapa Amerika menempatkan nuklir di wilayah sekutu mereka?' Omong-omong, mereka juga terlibat dalam pelatihan pilot sekutu untuk menggunakan senjata ini jika perlu. Kami pun telah sepakat bahwa jika perlu, kami akan melakukan hal yang sama tanpa melanggar kewajiban kami, saya ingin menekankan 'tanpa melanggar kewajiban kami'. Kewajiban internasional tentang nonproliferasi senjata nuklir," tegas Putin.
Putin pun menegaskan bahwa AS telah melakukan langkah ini selama beberapa dekade.
"Mereka telah lama menempatkan senjata nuklir taktis mereka di wilayah negara-negara sekutu, negara-negara NATO, di Eropa. Di enam negara, jika ingatannya baik, (yakni) Jerman, Turki, Belanda, Belgia, Italia dan Yunani. Tidak ada nuklir di Yunani saat ini, namun ada fasilitas penyimpanannya," papar Putin.
Kremlin menekankan fakta bahwa langkah ini tidak melanggar komitmen Rusia untuk non-proliferasi karena Rusia akan mempertahankan kendali atas nuklir.
Tempat penyimpanan senjata itu diharapkan selesai pada 1 Juli mendatang.
Sementara itu, Presiden Belarusia Alexander Lukashenko mengatakan bahwa ia juga dapat mempertimbangkan untuk menampung senjata nuklir strategis Rusia jika dianggap perlu untuk melindungi negara.
Baca juga: Hengkang dari Rusia, Perusahaan Asing Ini Merugi 2 Miliar Dolar AS
Sementara Departemen Luar Negeri AS buru-buru menuduh Rusia merusak stabilitas di Eropa dan merusak kontrol senjata.
Duta Besar Rusia untuk AS Anatoly Antonov menunjukkan bahwa pernyataan seperti itu dalam konteks kerjasama senjata nuklir antara Rusia-Belarusia merupakan 'contoh nyata dari kemunafikan' pada kebijakan AS.
"Pejabat AS memiliki ingatan yang sangat pendek. AS lah yang telah lama secara sistematis menghancurkan dasar hukum hubungan bilateral di bidang strategis. Adapun kata-kata (Vedant) Patel mengenai pernyataan Presiden kita tentang kerja sama Rusia-Belarusia di lingkup militer-nuklir, itu adalah contoh nyata dari kemunafikan politik Amerika," kata Antonov.
Antonov menunjukkan bahwa AS mendukung penyebaran senjata nuklir taktis di lima negara non nuklir, yakni Belgia, Jerman, Italia, Belanda dan Turki, serta mengkoordinasikan kebijakan nuklir dengan Inggris dan Prancis di dalam NATO.
Sumber: https://sputnikglobe.com/20230409/kremlin-west-overreacting-to-russian-plan-to-station-tactical-nukes-in-belarus-1109291482.html