TRIBUNNEWS.COM - Sebanyak 11 orang meninggal dunia akibat sengatan panas di India setelah terpapar sinar matahari selama berjam-jam di Mumbai, India.
Pada Minggu (16/4/2023), sekira tujuh orang meninggal di rumah sakit setelah mengeluhkan gangguan kesehatan terkait panas, dan jumlah kematian menjadi 11 orang pada Senin (17/4/2023).
Mereka menghadiri upacara penghargaan yang disponsori pemerintah, yang diadakan di lapangan terbuka dan dihadiri oleh satu juta orang.
Sekitar 50 orang dirawat di rumah sakit dan 600 lainnya jatuh sakit.
Lebih dari 120 orang menderita masalah kesehatan terkait panas, seperti dehidrasi, akibat paparan sinar matahari saat mengikuti acara itu.
Suhu di Mumbai pada saat itu mencapai 38 derajat Celcius atau 100 Fahrenheit, dengan tingkat kelembaban yang tinggi, seperti diberitakan Al Jazeera.
Baca juga: Gangster dan Eks Politikus India Ditembak Mati saat Wawancara Live di TV
"Sayangnya, 11 dari mereka meninggal selama perawatan," tulis Eknath Shinde, menteri utama negara bagian Maharashtra, yang beribukota di Mumbai, pada Senin (17/4/2023).
Acara Penghargaan di Mumbai
Acara besar itu diadakan di tanah seluas 306 hektar di Kharghar, Mumbai, India.
Para penonton hadir di tanah lapang itu sejak pagi, bahkan ada yang tiba sejak Sabtu (15/4/2023), dikutip dari India TV News.
Sementara acara itu dimulai sekira pukul 11.30 hingga 13.00 waktu setempat.
Tanah lapang itu idpenuhi orang dan dilengkapi fasilitas audio/video bagi pengikut Shree Sadasya (organisasi Dharmadhikari) untuk menyaksikan acara itu.
Selain itu, tidak ada ruang tertutup yang dapat melindungi mereka dari paparan sinar matahari.
"Sejumlah 123 orang mengeluh sakit yang berhubungan dengan panas, seperti dehidrasi selama acara," kata seorang pejabat Departemen Pendapatan yang bertugas di sana.
"Mereka segera dirujuk ke 30 stan medis yang didirikan di tempat itu. Sekira 13 pasien yang membutuhkan perawatan lebih lanjut, dipindahkan ke tempat yang berbeda. Satu lainnya dalam kondisi serius," lanjutnya.
Ia juga mengatakan, 30 dokter dikerahkan di ruang medis yang memiliki fasilitas unit perawatan intensif (ICU) untuk merawat orang yang menderita sakit parah.
Baca juga: Sederet Bencana Alam dan Cuaca Ekstrem di Tahun 2022, dari Gelombang Panas di Eropa Hingga Badai Ian
Pemerintah akan Beri Kompensasi
Eknath Shinde, Menteri utama negara bagian Maharashtra, yang beribukota di Mumbai, menjanjikan kompensasi bagi kerabat dari orang-orang yang meninggal.
Kantor Eknath Shinde menggambarkan insiden itu sebagai peristiwa yang menyedihkan dan meresahkan.
Pejabat senior pemerintah yang menghadiri upacara itu, termasuk Menteri Dalam Negeri federal Amit Shah, memuji massa yang menunggu begitu lama di bawah sinar matahari.
Amit Shah, mengatakan belum pernah melihat kehadiran orang yang begitu banyak untuk menyaksikan acara penghargaan 'Maharashtra Bhushan'.
Partai Bharatiya Janata (BJP) yang berkuasa mengatakan, sekitar satu juta orang menghadiri acara yang diadakan untuk memberikan penghargaan 'Maharashtra Bhushan' kepada aktivis sosial Dattatreya Narayan alias Appasaheb Dharmadhikari.
Partai oposisi Kongres menuduh pemerintah lalai dan mengatakan harus menghadapi tuntutan pidana.
Baca juga: Berita Foto : Melihat Warga Eropa Bertahan dari Gelombang Panas Ekstrem
Gelombang Panas di India
Gelombang panas telah menewaskan lebih dari 6.500 orang di India sejak 2010.
Pada tahun 2022, gelombang panas di India mencatat rekor suhu di beberapa kota di seluruh negeri, mencapai 42,8 hingga 45 derajat Celcius.
Menurut para ilmuwan, heatstrok ini menjadi lebih panas dan lebih sering terjadi di Asia Selatan seperti India dan Pakistan, yang didorong oleh perubahan iklim, dikutip dari Al Jazeera.
Pihak berwenang di negara bagian Benggala Barat, India, mengumumkan penutupan selama seminggu dari semua sekolah, perguruan tinggi dan universitas mulai Senin (24/4/2023) karena cuaca panas.
Tahun 2022 lalu, India mengalami kekurangan batu bara, yang merupakan sumber utama listrik di India, karena permintaan listrik memuncak saat cuaca panas.
Banyak bagian India mengandalkan kereta api untuk memasok air selama musim panas.
Para ilmuwan juga percaya musim hujan tahunan menjadi lebih tidak menentu dan kuat, menyebabkan banjir yang lebih besar.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait India