News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Perang Saudara di Sudan

Militer Sudan Anggap Milisi RSF Upayakan Kudeta melalui Perang Saudara

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Garudea Prabawati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga Sudan menyapa tentara, yang setia kepada panglima militer Abdel Fattah al-Burhan, di kota Laut Merah Port Sudan pada 16 April 2023. - Pejuang yang berjuang di Sudan mengatakan mereka telah menyetujui jeda kemanusiaan selama berjam-jam, termasuk untuk mengevakuasi yang terluka , pada hari kedua pertempuran kota yang berkecamuk yang menewaskan lebih dari 50 warga sipil termasuk tiga staf PBB dan memicu protes internasional. (Photo by AFP)

Pada hari yang sama, militer Sudan mengatakan RSF telah memobilisasi pasukannya di Ibu Kota Khartoum dan kota-kota lain.

Pihak militer Sudan menilai hal ini merupakan pelanggaran hukum yang jelas.

Bentrokan terjadi di berbagai wilayah Sudan pada Sabtu (15/4/2023), terutama di Ibu Kota Khartoum.

Pertempuran antara militer Sudan dan RSF dimulai dengan serangan RSF di situs-situs utama pemerintah.

Pada Senin (17/4/2023), setidaknya 185 orang meninggal dunia akibat bentrokan itu.

Orang-orang menyeberang jalan saat asap mengepul di atas bangunan tempat tinggal di Khartoum timur pada 16 April 2023, saat pertempuran di Sudan berkobar untuk hari kedua dalam pertempuran antara jenderal yang bersaing. - Kekerasan meletus pada awal 15 April setelah berminggu-minggu ketegangan yang semakin dalam antara panglima militer Abdel Fattah al-Burhan dan wakilnya, Mohamed Hamdan Daglo, komandan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter yang bersenjata lengkap, dengan masing-masing menuduh satu sama lain memulai serangan. (Photo by AFP) (AFP/-)

Baca juga: Utusan PBB: 185 Orang Tewas dan 1.800 Lainnya Terluka dalam Perang Saudara di Sudan

Upaya Demokrasi yang Gagal

Setelah Omar al Bashir lengser karena kudeta tahun 2019, Sudan hendak kembali ke demokrasi.

Upaya demokrasi ini dilakukan oleh dua Jenderal yaitu al-Burhan dan Dagalo, selaku ketua dan wakil dewan penguasa.

Keduanya menyetujui perjanjian kerangka kerja dengan partai politik dan kelompok pro-demokrasi.

Terdapat poin-poin penting yang tidak jelas, yang disengketakan.

Poin itu termasuk bagaimana RSF akan diintegrasikan ke dalam militer Sudan dan siapa yang memegang kendali akhir, seperti disebutkan The Guardian.

Penandatanganan kesepakatan itu berulang kali ditunda, di tengah meningkatnya ketegangan hubungan Jenderal al-Burhan dan Hemedti.

Hingga bentrokan meletus antara militer Sudan dan RSF, rencana kembalinya demokrasi di Sudan, masih belum tercapai.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Perang Saudara di Sudan

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini