Namun waktunya telah dipercepat oleh penurunan tingkat kesuburan China, dengan banyak keluarga yang memiliki lebih sedikit anak.
Sebaliknya, India memiliki populasi yang jauh lebih muda, tingkat kesuburan yang lebih tinggi dan telah mengalami penurunan kematian bayi selama tiga dekade terakhir.
Namun menurut data Bank Dunia, tingkat kesuburan negara terus menurun, dari lebih dari lima kelahiran per wanita pada 1960 menjadi lebih dari dua pada 2020.
Populasi negara itu meningkat lebih dari empat kali lipat sejak memperoleh kemerdekaan 76 tahun lalu.
Saat India tampaknya akan menjadi negara terbesar di dunia, negara di kawasan Asia Selatan itu bergulat dengan meningkatnya ancaman perubahan iklim, ketidaksetaraan yang mendalam antara penduduk perkotaan dan pedesaan, kesenjangan ekonomi antara laki-laki dan perempuan, serta kesenjangan agama yang melebar.
Dalam survei terhadap 1.007 orang India yang dilakukan oleh PBB terkait dengan laporan tersebut, 63 persen responden mengatakan bahwa masalah ekonomi menjadi perhatian utama mereka saat memikirkan perubahan populasi, diikuti oleh kekhawatiran tentang lingkungan, kesehatan dan Hak Asasi Manusia (HAM).
"Temuan survei India menunjukkan bahwa kecemasan penduduk telah meluas ke sebagian besar masyarakat umum. Namun, jumlah populasi seharusnya tidak memicu kecemasan atau menimbulkan kekhawatiran," kata Perwakilan dari Dana Kependudukan PBB untuk India, Andrea Wojnar dalam sebuah pernyataan.
Ia menambahkan bahwa mereka harus dilihat sebagai simbol kemajuan dan pembangunan 'jika hak dan pilihan individu ditegakkan'.
Banyak yang mengandalkan meningkatnya jumlah orang usia kerja di India untuk memberikan 'dividen demografis', atau potensi pertumbuhan ekonomi saat populasi muda suatu negara melampaui bagiannya dari orang tua yang berada di luar masa kerja mereka.
Itulah yang membantu China mengukuhkan posisinya sebagai kekuatan global.
"Sejauh ini, kami belum dapat memanfaatkan bonus demografi kami secara memadai. Sementara populasi usia kerja tumbuh secara substansial, lapangan kerja tidak bertambah," kata Direktur Pusat Pemantauan Ekonomi India, Mahesh Vyas.
Ia menekankan bahwa negara telah berjuang untuk menciptakan lapangan kerja tambahan dalam enam tahun terakhir, dengan jumlah pekerjaan stagnan di 405 juta.
India telah mengalami transformasi yang fenomenal, dari negara miskin pada 1947 menjadi kekuatan global yang sedang berkembang dengan ekonomi mencapai 3 triliun dolar Amerika Serikat (AS) yang merupakan terbesar ketiga di Asia.
Negara itu merupakan pengekspor utama barang-barang seperti perangkat lunak dan vaksin.