News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Trending

Sulit Akhiri Perang, Rusia sebut Tuntutan Perdamaian Ukraina Tidak Realistis

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Garudea Prabawati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, berkomentar soal upaya China menelepon Ukraina untuk berdamai dengan Rusia. Maria menyebut tuntutan Ukraina tidak realistis, yang menghalangi perdamaian.

TRIBUNNEWS.COM - Juru Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, memberi komentar terkait upaya China soal perdamaian di Ukraina.

Maria berpendapat, yang menghambat pembicaraan damai antara Rusia dan Ukraina adalah tuntutan tidak realistis Ukraina.

"Tuntutan tidak realistis Ukraina menghalangi negosiasi perdamaian," kata Maria Zakharova, Rabu (26/4/2023).

Maria Zakharova memuji upaya China untuk membantu memulai kembali negosiasi damai antara Rusia dan Ukraina.

Ia mengatakan, misi China selaras dengan Rusia, namun penghalangnya bukan karena rencana yang kurang baik.

Baca juga: Rudal Rusia Hantam Mykolaiv, 1 Warga Ukraina Tewas, 23 Lainnya Terluka

"Rezim Kiev sejauh ini belum menerima inisiatif yang masuk akal yang ditujukan untuk penyelesaian politik dan diplomatik dari krisis Ukraina. Kesepakatan sesekali untuk mengadakan negosiasi diikat dengan ultimatum dengan tuntutan yang jelas tidak realistis," kata Maria, dikutip dari RT.

"Otoritas Ukraina dan sponsor Barat mereka telah menunjukkan kemampuan mereka untuk menyeret kaki mereka pada inisiatif perdamaian, tidak mungkin seruan untuk perdamaian akan diterima secara memadai oleh boneka yang diarahkan dari Washington," kata Maria Zakharova, dikutip dari PL English.

Moskow juga menyatakan siap untuk negosiasi, tetapi Ukraina melarang mereka di tingkat legislatif.

Ukraina selama ini menolak pembicaraan damai dengan Rusia.

Negosiasi, menurut Ukraina, hanya dapat dilanjutkan jika Rusia menyerahkan wilayah Ukraina yang telah direbut.

Rusia menyebut hal semacam itu tidak dapat diterima.

Presiden Rusia Vladimir Putin terlihat di layar yang dipasang di Lapangan Merah saat ia berpidato pada rapat umum dan konser yang menandai aneksasi empat wilayah Ukraina yang diduduki pasukan Rusia - Lugansk, Donetsk, Kherson, dan Zaporizhzhia , di Moskow tengah pada 30 September 2022. (Alexander NEMENOV / AFP)

Baca juga: Penembak Jitu Rusia Bunuh 1 Warga Ukraina, Lukai 1 Reporter Italia di Kherson

Wilayah Ukraina yang Direbut Rusia

Krimea memilih bergabung dengan Rusia setelah kudeta yang terjadi pada tahun 2014 dan aneksasi dari Rusia.

Rusia juga merebut Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk, serta wilayah Kherson dan Zaporozhye melalui referendum palsu pada bulan September 2022.

Pada Oktober 2022, Zelensky menandatangani sebuah dekrit yang menyatakan ketidakmungkinan melakukan negosiasi dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) dan Presiden China Xi Jinping berpose untuk foto bersama sebelum Dialog Pasar Berkembang dan Negara Berkembang di sela-sela KTT BRICS 2017 di Xiamen di Provinsi Fujian Cina Tenggara. (TYRONE SIU / POOL / AFP)

Baca juga: Presiden China Xi Jinping Berbicara dengan Presiden Ukraina untuk Pertama Kalinya Sejak Invasi Rusia

China, yang meluncurkan peta jalan 12 poin untuk perdamaian di Ukraina pada Februari 2023, menyatakan perang hanya dapat diakhiri melalui dialog.

China, tidak seperti banyak negara Barat, juga menolak mengutuk Rusia atas tindakannya.

Sebelumnya, China menunjuk diplomat Li Hui sebagai utusan khusus untuk Ukraina dan "negara lain" pada hari Rabu (26/4/2023), dikutip dari Azerbaycan.

Li Hui adalah duta besar China untuk Moskow dari 2009 hingga 2019.

Xi Jinping mengatakan, utusan itu akan ditugaskan untuk melakukan komunikasi mendalam dengan semua pihak mengenai penyelesaian politik krisis Ukraina.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini