TRIBUNNEWS.COM - China akan mengirim utusan khusus ke Ukraina dan Rusia mulai minggu depan dalam upaya untuk membantu mencapai penyelesaian konflik, ujar Kementerian Luar Negeri China, Jumat (12/5/2023).
Mengutip The Hill, Li Hui, yang merupakan perwakilan khusus China untuk urusan Eurasia dan mantan duta besar untuk Moskow, juga akan mengunjungi Polandia, Prancis, dan Jerman, kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Wang Wenbin.
“Kunjungan perwakilan China ke negara-negara terkait mengungkapkan komitmen China untuk mempromosikan perdamaian dan negosiasi,” kata Wang pada briefing harian hari Jumat.
China berharap dapat mencegah terjadinya eskalasi, tambahnya.
Kunjungan Li Hui akan dimulai minggu depan tetapi jadwal detailnya belum dirilis.
China mengatakan negaranya tetap netral atas perang Rusia di Ukraina.
Baca juga: Zelensky dan Xi Jinping Berbincang 1 Jam Lewat Telepon, Bahas Apa Saja?
Meski begitu, China telah menyatakan memiliki hubungan "tanpa batas" dengan Moskow dan menyalahkan AS dan NATO karena memprovokasi konflik.
Beijing telah mengajukan rencana perdamaian meskipun sebagian besar ditolak oleh para pendukung Ukraina.
Ukraina mengatakan bahwa resolusi damai hanya dapat tercapai jika Rusia menghentikan serangannya dan menarik pasukannya dari wilayah Ukraina.
Presiden China Xi Jinping berbicara melalui telepon dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky bulan lalu.
"Saya melakukan panggilan telepon yang panjang dan bermakna dengan Presiden Xi Jinping," kata Zelensky di Twitter.
"Saya percaya bahwa panggilan ini, serta penunjukan duta besar Ukraina untuk China, akan memberikan dorongan yang kuat bagi perkembangan hubungan bilateral kami," tulisnya.
Beijing sebelumnya menghindari keterlibatan dalam konflik antara negara-negara lain.
Baca juga: Megawati Percaya Klaim Xi Jinping Soal Pengentasan Kemiskinan China Meski Dibayangi Krisis
Tetapi kini tampaknya mencoba untuk menegaskan dirinya sebagai kekuatan diplomatik global.
Pada bulan Maret lalu, China mengatur pembicaraan antara Arab Saudi dan Iran, yang membawa kedua negara pada pemulihan hubungan diplomatik setelah jeda tujuh tahun.
China memiliki hubungan persahabatan dengan Moskow serta pengaruh ekonomi sebagai pembeli terbesar minyak dan gas Rusia setelah Amerika Serikat dan sekutunya memotong sebagian besar pembelian.
Beijing, yang melihat Moskow sebagai mitra diplomatik dalam menentang dominasi AS dalam urusan global, menolak mengkritik invasi Rusia terhadap Ukraina.
Sementara itu, Wang Wenbin membenarkan bahwa diplomat top Partai Komunis yang berkuasa, Wang Yi, dan penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan mengadakan pembicaraan pada hari Rabu dan Kamis di Wina, Austria.
Wang mengatakan kedua belah pihak melakukan "diskusi yang jujur, mendalam, substantif, dan konstruktif" untuk menstabilkan dan meningkatkan hubungan bilateral.
Hubungan China dan AS berada pada titik terendah dalam sejarah, setelah insiden bulan Februari lalu ketika AS menembak jatuh balon mata-mata China yang diduga terbang melintasi Kanada dan Amerika Serikat.
Insiden tersebut menyebabkan penundaan kunjungan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken ke Beijing yang hingga kini belum dijadwalkan ulang.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)