News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Putuskan Childfree, Sebagian Wanita Sebut Hong Kong Bukan Tempat Terbaik Besarkan Anak

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, HONG KONG - Tiga wanita muda yang lahir dan besar di Hong Kong yang terdiri dari seorang ibu muda, pelatih fisik yang kini tinggal di luar negeri, dan seorang wanita pekerja yang tidak ingin melahirkan menyampaikan pandangan mereka terkait alasan tidak ingin memiliki anak (childfree).

Seorang pelatih fisik berusia 26 tahun, Jinn mengatakan bahwa dirinya tidak ingin memiliki anak karena anak-anak itu hanya akan tumbuh menjadi pribadi yang kurang bahagia di Hong Kong.

Baca juga: Populasi Hong Kong Merosot Terendah di Dunia, Jumlah Anak Usia Sekolah pun Turun

Menurutnya, Hong Kong bukan merupakan kota yang baik untuk membesarkan anak.

“Saya tidak menginginkan anak, bukan karena saya tidak menyukai mereka, tetapi saya merasa mereka akan sengsar atau setidaknya tidak begitu bahagia tumbuh di Hong Kong,” kata Jinn.

Setelah aksi protes dan kerusuhan yang terjadi pada 2019, baik Inggris Raya maupun Kanada telah meluncurkan jalur cepat tempat tinggal bagi warga Hong Kong.

Jinn dan kekasih SMA-nya, Roy, termasuk di antara pemuda Hong Kong yang memulai hidup mereka dari awal di Kanada.

Awalnya, Roy yang belajar di Amerika Serikat (AS) 'jauh dari semangat imigrasi'.

Namun, ia berubah pikiran setelah berbicara dengan Jin tentang masa depan mereka.

"Ia (Jinn) bukan tipe yang mengidamkan pernikahan dan anak sejak kami mulai berkencan. Namun, setelah Kanada mengumumkan 'skema sekoci', ia mengatakan kepada saya suatu hari bahwa dirinya berpikir memulai sebuah keluarga mungkin bukan ide yang buruk, dan saya sangat terkejut," kata Roy.

Sementara itu, Jinn menganggap Hong Kong sebagai tempat yang memprioritaskan kesuksesan finansial daripada kualitas lainnya.

Baca juga: Jumlah Imigran di Jerman Lebih dari 18% dari Populasi Tahun 2022

“Rasanya tidak ada jalan lain untuk sukses selain masuk universitas dan menjadi seorang profesional,” jelas Jinn.

'Doktrin non-perkawinan'

Tidak seperti Jinn, seorang wanita bernama Stephanie mengatakan bahwa ia tidak berniat meninjau kembali gagasan melahirkan.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini