TRIBUNNEWS.COM - Kepala Wagner Grup, Yevgeny Prigozhin mengungkapkan tentara Wagner Rusia kehilangan 20.000 pejuang dalam pertempuran berlarut-larut untuk Bakhmut.
Prigozhin mengatakan sekitar 20 persen dari 50.000 tahanan Rusia yang direkrut untuk berperang dalam perang 15 bulan telah tewas di kota Ukraina timur, terang laporan Guardian.
"Sejumlah tentara kontrak juga tewas," kata Prigozhin kepada ahli strategi politik Rusia Konstantin Dolgov dalam wawancara video yang diposting di saluran Telegramnya pada Rabu (24/5/2023).
Jumlah kehilangan tentara ini sama dengan total pasukan reguler Wagner.
Angka tersebut sangat kontras dengan klaim dari Moskow bahwa mereka telah kehilangan lebih dari 6.000 tentara dalam perang.
Baca juga: Klaim Kuasai Bakhmut, Rusia Segera Dirikan Pemerintah Wilayah dan Hapus Ranjau
Al Jazeera melaporkan, akhir pekan ini, Wagner dan militer Rusia mengklaim menguasai Bakhmut.
Menanggapi pencapaian tersebut, Presiden Rusia Vladimir Putin memberikan selamat kepada angkatan bersenjatanya.
Sejauh ini Ukraina menolak untuk mengakui kehilangan kota Bakhmut.
Ukraina mengklaim bahwa Bakhmut akan dipertahankan dengan cara apa pun dan akan menjadi titik balik dalam konflik dengan Moskow.
Saking banyaknya korban yang diderita oleh kedua pihak, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyebut Bakhmut mengingatkan pada akibat dari pengeboman nuklir AS di Hiroshima.
Di kota itu memang terjadi pertempuran paling brutal antara tentara Ukraina dengan Rusia yang didukung oleh tentara bayaran Wagner.
Zelensky mengatakan hal itu kepada wartawan pada Minggu (21/5/2023) di KTT G7 di kota Jepang.
Baca juga: Perang Ukraina: Kelompok tentara bayaran Wagner klaim kuasai Bakhmut, Ukraina membantah
“Foto-foto Hiroshima mengingatkan saya pada Bakhmut,” kata Zelensky.
Dia meletakkan karangan bunga di tugu peringatan para korban bom atom di Hiroshima selama kunjungannya. “Benar-benar kehancuran total.
"Tidak ada apa-apa, tidak ada orang,” katanya.
Zelensky seraya menambahkan bahwa “semua bangunan hancur” di kota yang direbut Rusia selama akhir pekan.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)