TRIBUNNEWS.COM - Juru Bicara Keamanan Pentagon, John Kirby, mengecam Rusia yang disebut menembaki tim SAR yang mengevakuasi korban banjir di Kherson.
Ukraina mengklaim, sejumlah pasukan Rusia menembaki tim SAR dari sisi sungai Dnipro.
"Hal ini tidak dapat diperbaiki. Jika (laporan ini) benar, benar-benar tidak dapat diperbaiki," kata John Kirby, Kamis (8/6/2023).
"Penyelamat atau orang yang akan diselamatkan akan mendapat tembakan dari pasukan Rusia dari posisi di seberang sungai yang mereka gunakan," katanya.
Ia mengatakan, seharusnya bantuan kemanusiaan bisa datang lebih cepat karena menyangkut hidup dan mati para korban banjir.
"Ini adalah situasi hidup dan mati di sini. Ini adalah situasi yang disebabkan banjir dahsyat yang kami ingin pastikan untuk mendapat bantuan kemanusiaan di sana," katanya, dikutip dari CNN Internasional.
Baca juga: Zelensky Kunjungi Wilayah Banjir akibat Bendungan Jebol, 3 Orang Tewas, Rusia Terus Lakukan Serangan
John Kirby mengatakan, organisasi kemanusiaan dari USAID langsung dikirim ke lokasi itu setelah bendungan Nova Kakhovka yang menjadi PLTA, jebol.
Ia mencatat, USAID telah menyediakan transportasi peralamatan pemurnian air dan kemampuan penyelamatan di wilayah itu.
“Kami telah melakukan ini sejak hanya beberapa jam setelah pelanggaran, dan kami akan tetap berkomitmen untuk itu,” katanya.
“Kami memiliki mata yang bagus dan mitra yang baik di sana, jadi kami akan terus melakukannya — akan ada lebih banyak dukungan yang datang dari Amerika Serikat sesuai kebutuhan,” lanjutnya.
Ukraina Sebut Rusia Tembaki Tim SAR
Baca juga: Zelensky: Rusia Telantarkan Korban Banjir di Wilayah Kherson yang Diduduki
Kepala administrasi militer regional Kherson, Oleksandr Prokudin, mengatakan Rusia menembaki wilayah pesisir Kherson dan pusat kota Kherson.
Banjir di Kherson memaksa pasukan Rusia mundur lebih jauh ke timur dari Sungai Dnieper.
"Rusia terus menyerang bank Ukraina, meskipun dengan intensitas yang lebih rendah," kata juru bicara militer Ukraina Nataliya Humenyuk pada Kamis (8/6/2023), dikutip dari Radio Free Europe/Radio Liberty.