TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ketua Komisi I DPR RI Meutya Hafid dan Dubes Australia untuk Indonesia tahun 2018-2021 Gary Quinlan hadir sebagai narasumber dalam Forum Indonesia-Australia yang diselenggarakan secara hybrid oleh University of Melbourne, Australia, Selasa (4/7/2023).
Forum diskusi itu bertemakan "Australia-Indonesia Relations in the Twilight of the Jokowi Years”.
Meutya Hafid menyebut kepemimpinan dan aksi nyata Presiden Joko Widodo membuat hubungan Indonesia-Australia mengalami penguatan dalam beberapa tahun terakhir.
"Presiden Joko Widodo menunjukkan kepemimpinan yang konkrit dalam hubungan Indonesia-Australia. Kedua negara berhasil mengimplementasikan berbagai kerjasama strategis diantaranya Comprehensive Strategic Partnership (CSP) yang berisi lima pilar penting, kerja sama ekonomi dan pembangunan, menghubungkan orang, keamanan, kerja sama maritim, dan stabilitas dan kemakmuran Kawasan Indo-Pasifik," kata Meutya Hafid dalam keterangan tertulisnya, Rabu (5/7/2023).
Baca juga: Bertemu PM Australia, Jokowi Dorong Kerjasama Pengembangan Baterai Mobil Listrik
Dalam diskusi yang dipandu oleh akademisi dari University of Melbourne Dr. Donald Greenless, Politisi senior Partai Golkar ini juga menggarisbawahi pentingnya kepemimpinan yang kuat dan bervisi ke depan dalam peningkatan kerja sama bilateral Indonesia-Australia.
"Presiden Jokowi berhasil mengimplementasikan kerja sama menjadi suatu hasil nyata yang bisa berdampak positif bagi kedua negara. Sebagai contoh, jika melihat data perdagangan Indonesia-Australia yang meningkat di era Joko Widodo mencapai US$12,64 miliar pada tahun 2021 yang merupakan rekor tertinggi sejak tahun 1989. Dengan nilai perdagangan tersebut, Australia menjadi mitra dagang terbesar ke-10 bagi Indonesia dengan kontribusi sekitar 2,95 persen terhadap total nilai perdagangan barang Indonesia," ujar Meutya.
Hal yang sama diakui oleh Gary Quinlan.
Dia berpendapat bahwa banyak kerja sama bilateral Australia-Indonesia yang direalisasikan di lapangan seperti IA-CEPA yang berpotensi meningkatkan perdagangan Australia-Indonesia.
Meutya Hafid berharap kunjungan Presiden Joko Widodo ke Australia pada Selasa (4/7/2023) dapat menghasilkan kerja sama selanjutnya dalam pengembangan ekonomi hijau.
Menurutnya, kerja sama antara Indonesia sebagai negara penghasil nikel terbesar dan Australia sebagai produsen lithium terbesar akan menjadi kolaborasi yang sangat penting bagi ekonomi hijau di masa kini maupun akan datang.
“Kepentingan nasional Indonesia saat ini adalah menjadi pemain utama dan hub kendaraan serta baterai listrik di dunia. Pertemuan Presiden Joko Widodo-PM Anthony Albanese kita harapkan dapat mengakselerasi kerja sama ekonomi dan pembangunan hijau," tutup Meutya Hafid.
Seperti diketahui, Selasa (4/7/2023), Presiden Joko Widodo Melakukan Kunjungan Kenegaraan ke Australia.
Kunjungan ini menjadi balasan setelah PM Albanese melakukan kunjungan resmi ke Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, pada 6 Juni 2022.
Dalam pertemua kedua pemimpin negara, Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese sepakat untuk terus menguatkan kerja sama kedua negara.
Selain mendorong pengembangan ekosistem kendaraan listrik dan perdagangan, Indonesia dan Australia memprioritaskan kerja sama di sektor energi bersih.