News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pria Suriah Batal Bakar Taurat dan Alkitab: Ini Protes untuk Pembakaran Alquran

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Nuryanti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ahmad A. (C) yang telah diberi izin oleh polisi untuk pertemuan publik untuk membakar Taurat dan Alkitab di luar kedutaan Isaeli di Stockholm, Swedia, dikepung oleh wartawan pada 15 Juli 2023, setelah dia memilih untuk tidak membakar buku-buku tetapi untuk memegang manifestasi memegang Quran di tangannya.

Ahmad Alloush mengatakan ia hanya ingin berdemonstrasi menentang pembakaran Alquran.

Ia mengaku, dirinya membuat orang-orang marah karena berita dirinya yang berencana membakar Taurat dan Alkitab di Stockholm.

“Saya membuat orang marah, tapi mereka bisa bahagia sekarang," guraunya.

Ahmad Alloush mengatakan dia berasal dari Suriah tapi telah tinggal di Swedia selama delapan tahun dan berbasis di kotamadya Borås barat daya.

Pembakaran Alquran di Swedia

Salwan Momika memprotes di luar masjid di Stockholm pada 28 Juni 2023, saat libur Idul Adha. Momika, 37, yang melarikan diri dari Irak ke Swedia beberapa tahun lalu, mendapat izin dari polisi Swedia untuk membakar kitab suci umat Islam selama demonstrasi. (Photo by Jonathan NACKSTRAND / AFP) (AFP/JONATHAN NACKSTRAND)

Baca juga: Pembakar Al-Quran di Swedia Sebut akan Ulangi Aksinya 10 Hari Lagi di Depan Kedutaan Irak

Protes itu terjadi dua minggu setelah Salwan Momika, seorang pengungsi Irak, membakar Alquran di depan masjid Stockholm selama Hari Raya Idul Adha 2023.

Polisi Stockholm menekankan, sesuai dengan undang-undang Swedia, mereka memberikan izin bagi orang untuk mengadakan pertemuan publik dan bukan untuk kegiatan yang dilakukan selama itu.

“Polisi tidak mengeluarkan izin untuk membakar berbagai teks agama. Polisi mengeluarkan izin untuk mengadakan pertemuan publik dan menyampaikan pendapat,” kata Carina Skagerlind, petugas pers kepolisian Stockholm, dikutip dari MM News.

Ada sedikit dukungan populer untuk pembakaran kitab suci di Swedia dan tidak ada minat politik untuk acara itu.

Kebebasan Berpendapat di Swedia Jadi Sorotan

Edwin Wagensveld, pemimpin kelompok sayap kanan PEGIDA Belanda, yang membakar Al Quran dalam aksi protes terhadap Islam pada Minggu (22/1/2023) di depan gedung parlemen di Den Haag. Aksi ini menyusul pembakaran Al Quran di Swedia yang dilakukan oleh Rasmus Paludan pada Sabtu (21/1/2023). (Instagram/Edwin Wagensveld)

Citra global Swedia telah rusak setelah pembakaran baru-baru ini, karena pemerintah di beberapa negara Muslim mengutuk keputusan untuk membiarkan pembakaran terjadi.

Kementerian luar negeri Swedia mengutuk tindakan tersebut sebagai Islamofobia.

"Pembakaran Alquran, atau teks suci lainnya, adalah tindakan ofensif dan tidak sopan serta provokasi yang jelas. Ekspresi rasisme, xenofobia, dan intoleransi terkait tidak memiliki tempat di Swedia atau Eropa," tulis Kementerian luar negeri Swedia dalam pernyataan resmi.

Jajak pendapat baru-baru ini yang dilakukan atas nama penyiar televisi nasional Swedia, SVT, menunjukkan mayoritas orang Swedia mendukung larangan pembakaran teks agama di depan umum.

Sejumlah masa dari Jama'ah Ansharu Syariah melakukan aksi demonstrasi terkait pembakaran Al-Quran yang di lalukan Rasmus Paludan di depan gedung Balaikota Malang, Jawa Timur, Jumat (27/1/2023). Masa aksi mengecam keras aksi pembakaran. Selain orasi, masa aksi juga melakukan pembakaran foto Rasmus Paludan. SURYA/PURWANTO (SURYA/PURWANTO)
Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini