News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kebiasaan Orang Jepang Bunyi Slurp Saat Makan Bakmi Ternyata Salah Kaprah

Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kiyomoto Ogasawara (43) dari keluarga shogun Jepang dan generasi ke-32 dari klan Ogasawara.

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Seorang anggota keluarga bangsawan (jenderal) Jepang yang biasa disebut Shogun, Kiyomoto Ogasawara (43)  mengoreksi cara makan bakmi yang berbunyi slurp saat disedot mulut kita, ternyata  sebagai hal yang salah kaprah.

"Sebenarnya itu tidak benar tidak boleh berbunyi saat memakan bakmi. Kelakuan makan bakmi itu terjadi menjadi salah kaprah sejak jaman Edo lampau di Jepang," papar Ogasawara kepada Tribunnews.com kemarin (20/7/2023).

Makan bakmi di jaman Edo (1603-1867) saat kesibukan ekonomi luar biasa di Jepang pada jaman itu, sehingga banyak orang seolah tidak ada waktu untuk makan, tampak menjadi terburu-buru.

"Dulu karena orang sibuk sekali banyak yang akhirnya terburu-buru makan bakmi disedot secepatnya biar cepat selesai makan. Namun hal itu jadi keterusan hingga kini menjadi kebiasaan dan seolah kalau makan bakmi harus berbunyi demikian," paparnya lagi.

Jadi makan bakmi di Jepang harus berbunyi Slurp tidaklah benar, salah kaprah salah pengertian yang terbawa karena terjadi di jaman Edo lampau.

"Yang benar ya biasa saja kalau makan bakmi tidak perlu berbunyi suara tersebut," tekannya lebih lanjut.

Ogasawara, keluarga shogun dan kepala sekolah etiket memanah Ogasawara ke-33 lahir pada tahun 1980 sebagai putra sulung Kiyotada Ogasawara.

 Memulai pelatihan memanah pada usia 3 tahun, dan sejak kelas 5 SD, dia telah menjadi pemanah di ritual yabusame di Jepang, termasuk Kamakura dan Kuil Tsurugaoka Hachimangu.

Setelah lulus dari Fakultas Ilmu Teknik, Universitas Osaka, menyelesaikan Sekolah Pascasarjana Ilmu Manusia Komprehensif, Universitas Tsukuba (Doctor of Neuroscience) gelar pendidikan PhD.

Saat ini bekerja sebagai peneliti di sebuah perusahaan farmasi Jepang. Ogasawara  juga melakukan ritual Shinto bersama murid-muridnya dari seluruh penjuru Jepang. Direktur NPO Ogasawara-ryu Ogasawara Kyojo. Direktur Perwakilan Asosiasi Penerus Budaya Jepang. Pelatih Sekolah Tinggi Pendidikan Jasmani Wanita Jepang Kyudo Club.

"Penggunaan sumpit juga harus hati-hati dan memiliki arti tersendiri. Untuk sumpit yang kanan kirinya lancit, bisa dipakai bolak balik dan menandakan suatu kebahagiaan yang diharapkan bisa berangsung terus menerus. Dipakai dalam suatu acara berterima kasih dan berharap tamunya dapat memperoleh kebahagiaan terus menerus," paparnya.

Kemudian Ogasawara juga menjelaskan mengenai kebiasaan tidak sedikit restoran Jepang mengeluarkan nasi putih di akhir makanan, bukan di awal saat kita makan.

"Sebetulnya yang biasa dalam satu set ya nasi putih ke luar bersamaan di depan. Namun kini beberapa toko melakukannya seringkali di belakang runtutan beberapa lauk pauk yang disodorkan, sebagai penutup acara makan. Jadi tergantung restorannya dan melihat pula saat (timing) sake dikeluarkan. Kalau menekankan sake diutamakan, maka makanan nasi putih biasanya di akhir makanan sebagai penutup," jelasnya lagi.

Sementara itu bagi para pecinta Jepang dapat bergabung gratis ke dalam whatsapp group Pecinta Jepang dengan mengirimkan email ke: info@sekolah.biz  Subject: WAG Pecinta Jepang. Tuliskan Nama dan alamat serta nomor whatsappnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini