TRIBUNNEWS.COM - Seorang pria asal China diduga berenang hampir 10 jam dari Provinsi Fujian China ke Kepulauan Matsu Taiwan dalam upaya untuk "mencari kebebasan".
Dilansir Independent, warga negara China berusia 40-an itu dilaporkan mencari bantuan dari turis di dekat Kotapraja Beigan di Pulau Beigan, pulau terbesar kedua di Matsu pada hari Senin (24/7/2023), setelah disengat lebah.
Para turis kemudian memberi tahu pihak berwenang setempat.
Petugas di tempat kejadian lalu menyatakan pria itu sebagai imigran ilegal China, lapor CNA.
Ia dibawa ke pusat kesehatan Beigan, kata seorang pejabat.
Luka akibat sengatan lebah yang dideritanya tidak serius, ujar petugas.
Baca juga: Jet Tempur Mirage Pecundangi Empat Pesawat F-16 dalam Simulasi yang Digelar Angkatan Udara Taiwan
Pria itu membawa makanan kering, pakaian, obat-obatan, dan Renminbi.
Ia mengatakan kepada pihak berwenang, dirinya memulai perjalanan dari Semenanjung Huangqi di Provinsi Fujian China ke Kepulauan Matsu Taiwan untuk "mencari kebebasan".
Jarak antara Semenanjung Huangqi dan Pulau Beigan sekitar 12 km.
Pulau utama Taiwan terletak lebih dari 200 km dari pantai China.
Ia lalu dibawa ke kantor kejaksaan distrik Lienchiang untuk penyelidikan sesuai Undang-Undang yang Mengatur Hubungan antara Masyarakat Wilayah Taiwan dan Wilayah China Daratan, kata para pejabat.
Ini bukan pertama kalinya seseorang berenang dari China menuju Taiwan.
Pada tahun 2020, seorang warga negara China berusia 45 tahun ditangkap setelah berenang selama tujuh jam untuk mencapai pulau Taiwan di Kabupaten Kinmen.
Ia mengeluhkan "lingkungan politik" di China membuatnya ingin menyebrang ke Taiwan.
Baca juga: Presiden Taiwan Tsai Positif Covid-19 Saat Taipei Bersiap Hadapi Topan Doksuri
Ia ditangkap karena memasuki Taiwan secara ilegal.
Pria bermarga Li itu, mengaku memulai perjalanannya dari kota pesisir China Xiamen adalah untuk mencari "kebebasan".
Selain itu, dua pria dilaporkan ditangkap pada 2019 setelah mencoba berenang ke Kinmen.
Salah satu pria menggunakan pelampung renang tiup anak-anak untuk tetap bertahan sementara yang lain menggunakan botol soda kosong untuk membuat rakit.
Sementara itu, China telah meningkatkan aktivitas militernya di sekitar Taiwan dalam beberapa tahun terakhir.
China beralasan bahwa Taipei berkewajiban untuk bersatu kembali dengan Beijing, jika perlu dengan paksaan.
Taipei juga disebut tidak memiliki hak untuk melakukan hubungan luar negeri.
Taiwan telah membentuk pemerintahan sendiri sejak berpisah dari China daratan pada tahun 1949 karena perang saudara.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)