News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Apa yang Terjadi di India? Kekerasan dan Pembantaian Meletus di Berbagai Tempat Targetkan Minoritas

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Endra Kurniawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Orang-orang melihat kendaraan yang terbakar setelah bentrokan komunal di Sohna pada 1 Agustus 2023. Kekerasan hingga pembunuhan terjadi di sejumlah tempat di India, umat Muslim yang merupakan minoritas menjadi sasaran utama.

TRIBUNNEWS.COM - Sejumlah aksi kekerasan dan pembantaian terjadi di beberapa tempat di India pekan ini, termasuk penembakan tiga pria Muslim oleh seorang petugas polisi kerata api.

Peristiwa lain juga terjadi menjelang digelarnya KTT G20 di New Delhi pada 9-10 September 2023 mendatang.

Mengutip cnn.com, kekerasan meletus di negara bagian Haryana pada Senin (31/7/2023) setelah sebuah organisasi Hindu sayap kanan memimpin prosesi keagamaan di wilayah Nuh yang didominasi Muslim.

Bentrokan menyebar ke beberapa distrik di pusat keuangan dan teknologi, Gurugram, juga dikenal sebagai Gurgaon.

Wilayah itu adalah rumah bagi lebih dari 1,5 juta penduduk dan ratusan perusahaan global.

Massa kekerasan sebagian besar menargetkan properti milik Muslim, membakar rumah, bangunan dan menghancurkan toko dan restoran mereka.

Baca juga: Polisi Khusus KA di India Tembaki Penumpang di Dalam Kereta yang Sedang Berjalan, 4 Orang Tewas

Sedikitnya enam orang tewas, termasuk dua personel polisi dan seorang ulama yang berada di dalam masjid yang dibakar.

Lebih dari 110 orang telah ditangkap, kata pihak berwenang.

Konselor distrik Gurugram mendesak warga untuk berdiam di rumah dan memerintahkan penutupan beberapa lembaga pendidikan swasta dan kantor pemerintah.

Di hari yang sama dengan kekerasan itu, di dalam sebuah kereta yang sedang berjalan dari Maharashtra menuju Mumbai, serangan mematikan lainnya terjadi.

Seorang petugas polisi khusus kereta api (Polsuska) menembaki kereta yang berjalan, menewaskan empat orang, termasuk seorang polsuska senior dan tiga penumpang Muslim, menurut laporan lokal dan beberapa anggota keluarga yang telah berbicara dengan CNN.

Dalam sebuah video yang muncul setelahnya, petugas itu terlihat berdiri di dekat tubuh tak bernyawa, dengan senjata api di lengannya, sementara para penumpang yang ketakutan berkerumun di ujung gerbong.

Petugas itu melirik jenazah, lalu melihat sekeliling gerbong sambil berkata:

“Kalau kalian mau mencoblos, kalau mau tinggal di Hindustan (India), maka hanya pilih Modi dan Yogi."

Ia merujuk pada PM India Narendra Modi dan biksu Hindu Yogi Adityanath yang menjadi menteri utama di Uttar Pradesh, negara bagian terpadat di India.

Salah satu korban, Asgar Ali, adalah seorang penjual gelang yang sedang dalam perjalanan untuk mencari pekerjaan baru di Mumbai ketika penembakan itu terjadi, kata sepupunya Mohammed kepada CNN.

Chetan Singh (kanan), anggota Polsuska India yang tembaki penumpang di dalam India (via NDTV)

Baca juga: Imam Masjid Tewas setelah Massa Hindu Bakar dan Tembaki Masjid di India

Ali meninggalkan seorang istri dan empat anak.

“Kami belum mendengar banyak dari pihak berwenang,” tambahnya.

“Tapi saya yakin ini terjadi karena kami Muslim.”

Polisi telah menangkap pelaku tetapi motifnya belum dibeberkan, kata pihak berwenang.

Namun, politisi dan aktivis oposisi menyebut serangan itu adalah "kejahatan kebencian" yang menargetkan populasi minoritas Muslim di India.

Asaduddin Owaisi, anggota parlemen dan pemimpin partai politik All India Majlis-e-Ittehad-ul-Muslimeen menyebutnya sebagai “serangan teror yang secara khusus menargetkan Muslim.”

Anggota parlemen lain dan anggota partai Kongres oposisi utama India, Jairam Ramesh, mengatakan serangan itu adalah "pembunuhan berdarah dingin" yang merupakan hasil dari pemberitaan media dan pandangan politik yang terpolarisasi.

Pada hari Rabu, ratusan anggota dari kelompok ekstremis sayap kanan Hindu Bajrang Dal turun ke jalan di beberapa kota, termasuk Delhi.

Mereka membakar patung dan meneriakkan slogan menentang Muslim sebagai bentuk protes terhadap apa yang mereka sebut “jihad dan terorisme Islam.”

Kekerasan etnis telah berkecamuk di negara bagian timur laut Manipur selama dua bulan terakhir.

Personil polisi berjaga di luar sebuah masjid setelah bentrokan komunal di Gurgaon pada 1 Agustus 2023. Setidaknya empat orang tewas dalam bentrokan kekerasan antara umat Hindu dan Muslim di dekat ibu kota India, New Delhi, kata polisi pada 1 Agustus. (Photo by Vinay GUPTA / AFP) (AFP/VINAY GUPTA)

Baca juga: Cegah Kiamat Pangan, Singapura Rayu PM Narendra Modi Agar India Perlonggar Ekspor Beras

Modi tidak banyak berkomentar mengenai peristiwa itu.

Meningkatkannya kejahatan rasial

Masih mengutip cnn.com, sebuah studi oleh ekonom Deepankar Basu ada peningkatan kejahatan rasial sebesar 786 persen terhadap semua minoritas antara 2014 dan 2018, setelah kemenangan partai Modi, BJP dalam pemilu.

Meski begitu, BJP mengatakan tidak mendiskriminasi minoritas dan mengklaim memperlakukan semua warga negaranya dengan kesetaraan.

Tetapi studi Basu, ditambah laporan berita, menunjukkan beban kejahatan rasial ini menargetkan Muslim.

Bulan lalu, ketua menteri BJP negara bagian Assam, Himanta Biswa Sarma, menyalahkan umat Islam atas melonjaknya harga tomat.

Sedangkan Yogi Adityanath, sosok yang disebut namanya oleh pelaku penembakan di kereta, termasuk politisi BJP yang paling kontroversial.

Sejak dia menjabat sebagai menteri utama, Uttar Pradesh, mengesahkan undang-undang yang berakar pada "Hindutva", landasan ideologis nasionalisme Hindu.

UU itu melindungi sapi, hewan yang dianggap suci dan tidak boleh disembelih bagi umat Hindu.

Jual beli sapi juga dipersulit.

Perdana Menteri India Narendra Modi menghadiri sesi kerja tentang ketahanan energi dan pangan selama KTT G20 di Nusa Dua di pulau resor Indonesia di Bali pada 15 November 2022. (Photo by BAY ISMOYO / POOL / AFP) (AFP/BAY ISMOYO)

Baca juga: Kata PM India Narendra Modi soal Rusia-Ukraina: Kami Tidak Netral, Kami Berpihak pada Perdamaian

Adityanath juga memperkenalkan RUU anti-pindah agama, yang mempersulit pasangan beda agama untuk menikah atau bagi orang untuk masuk Islam atau Kristen.

Beberapa kota yang dinamai berdasarkan tokoh Muslim juga telah diganti namanya untuk mencerminkan sejarah Hindu India.

Adityanath juga dikenal karena retorikanya yang provokatif terhadap umat Islam.

Ia pernah memuji kebijakan mantan Presiden AS Donald Trump yang melarang perjalanan dari beberapa negara mayoritas Muslim.

Trump menyerukan India untuk mengambil tindakan serupa, menurut saluran lokal NDTV.

India memiliki salah satu populasi Muslim terbesar di dunia dengan perkiraan 170 juta penganut.

Tetapi jumlah itu hanyalah sekitar 15 persen dari 1,4 miliar penduduk India.

Anggota kabinet Adityanath sebelumnya membantah tuduhan bahwa mereka mempromosikan nasionalisme Hindu.

Tetapi penulis dan jurnalis Muslim terkemuka, Rana Ayyub, yang telah banyak menulis tentang pergeseran sektarian India, mengatakan retorika politik saat ini "memberanikan" kelompok sayap kanan radikal yang merasa semakin dilindungi dan tidak tersentuh di India saat ini.

“Rasanya seperti novel Orwellian diputar di depan Anda,” katanya.

Ia menambahkan dirinya mengkhawatirkan keselamatan teman-teman dan keluarganya yang Muslim.

“Saya pikir diamnya negara dapat diartikan persetujuan diam-diam untuk politik kebencian seperti ini.”

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini