Setelah bisa bernapas tanpa bantuan untuk waktu yang lama, Paul pun melangkah keluar dari paru-paru besi.
Paul Alexander pertama-tama menjelajah ke beranda dan kemudian ke halaman rumahnya.
Namun, Paul masih membutuhkan paru-paru besinya untuk tidur karena ia tidak bisa melakukan pernapasan katak saat dirinya dalam keadaan tidak sadar.
Baca juga: Perempuan yang Tewas dalam Karung Masih Hidup saat Dibuang, Meninggal akibat Paru-paru Terisi Air
Bisa Lakukan Beragam Kegiatan
Paul Alexander juga mengenyam bangku sekolah meski hidup di dalam paru-paru besi.
Ia menjadi orang pertama yang lulus dari SMA di Dallas tanpa pernah menghadiri kelas secara langsung.
Setelah lulus sekolah di usia 21 tahun, Paul diterima di Southern Methodist University di Dallas dan mengalami banyak kesulitan dengan administrasi universitas.
Paul Alexander kemudian masuk ke sekolah hukum di University of Texas, Austin, Amerika Serikat.
Baca juga: Keluarga Ungkap Luka-luka Korban Tabrak Lari di Cakung: Patah Tulang Rusuk hingga Paru-paru Hancur
"Ketika saya pindah ke University of Texas, mereka ngeri memikirkan bahwa saya akan menurunkan paru-paru besi saya, tetapi saya melakukannya, dan saya menaruhnya di asrama, dan saya tinggal di asrama dengan paru-paru besi saya," tutur Paul.
Yang lebih menakjubkan, Paul menjadi seorang pengacara percobaan.
Paul bahkan mewakili klien di pengadilan dengan setelan jas tiga potong dan kursi roda modifikasi yang menopang tubuhnya yang lumpuh tegak.
Ia juga melakukan aksi duduk untuk hak-hak disabilitas dan menerbitkan memoarnya sendiri, berjudul 'Three Minutes for a Dog: My Life in an Iron Lung'.
Paul Alexander juga pernah naik pesawat, berdoa di gereja, dan mengunjungi laut.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)