TRIBUNNEWS.COM - Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, mencela Pusat Rekrutmen Tentara Ukraina yang melanggar banyak aturan, termasuk korupsi.
Hal ini terungkap selama audit di Pusat Perekrutan Militer Ukraina yang dimulai sejak beberapa bulan lalu.
Ia juga mengatakan, ada banyak calon wajib militer Ukraina yang menghindari tugasnya dengan menggunakan dokumen medis palsu.
"Investigasi mengungkap banyak pelanggaran dan mereka mengakui telah memberontak," kata Presiden Zelensky, Kamis (3/8/2023) seperti diberitakan The Jerusalem Post.
Presiden Zelensky berjanji akan menempatkan orang-orang yang memahami arti perang sebagai penanggung jawab sistem rekrutmen itu.
"Kesimpulannya jelas; sistem rekrutmen membutuhkan orang yang memahami nilai melindungi Ukraina," katanya.
Baca juga: Sudah 2 Bulan Ukraina Lakukan Serangan Balasan ke Rusia, Bagaimana Hasilnya?
Menurutnya, Pusat Perekrutan Tentara Ukraina harus diisi dengan orang-orang yang melihat kondisi di medan perang secara langsung.
"Pusat perekrutan harus diisi dengan orang-orang yang telah melihat perang, mengalaminya," tambahnya.
Ia juga memuji orang-orang Ukraina yang berjuang dalam perang hingga kehilangan anggota tubuhnya.
"Dan mereka yang, sayangnya, mungkin telah kehilangan anggota tubuh tapi bukan martabat mereka dan bukan Ukraina. Izinkan saya berterima kasih kepada mereka," lanjutnya.
Dokumen Palsu untuk Hindari Wajib Militer Ukraina
Baca juga: Polandia Tegaskan Biji-bijian Ukraina Tak akan Masuk Negaranya Setelah 15 September 2023
Penyelidik pada Juli 2023, menemukan banyak pelanggaran pada Pusat Rekrutmen Tentara Ukraina, setelah meluncurkan kampanye anti-korupsi pada beberapa bulan sebelumnya.
Dari Kyiv ke 11 wilayah lainnya, ditemukan banyak sertifikat medis palsu yang memungkinkan pria Ukraina untuk menghindari wajib militer.
Pejabat di Pusat Perekrutan Militer Ukraina diduga bekerja sama dengan anggota komisi medis militer.