TRIBUNNEWS.COM - Berbagai alasan mempengaruhi keputusan Amerika Serikat untuk menjatuhkan bom nuklir di Jepang.
Salah satu alasannya adalah karena Jepang menolak untuk menyerah tanpa syarat saat Perang Dunia II (1939-1945).
Mengutip news9live.com, Jepang tidak ingin direbut oleh AS karena Jepang ingin mempertahankan kaisar mereka dan melakukan uji coba perang sendiri.
Maka perang pun berlanjut.
Setelah serangan bom api berulang kali, termasuk pengeboman Tokyo pada 9-10 Maret 1945, Jepang masih belum menyerah.
Pengeboman itu – bukan pengeboman atom – memakan korban puluhan ribu jiwa dan secara luas dianggap sebagai salah satu tindakan perang paling dahsyat dalam sejarah.
Hingga akhirnya Amerika menggunakan bom atom, bom nuklir temuan Robert J Oppenheimer, ilmuwan yang kisahnya diangkat dalam sebuah film berjudul "Oppenheimer."
Baca juga: Warga Jepang Mengheningkan Cipta Mengenang Korban Bom Atom di Hiroshima
Little Boy dan Fat Man
Hiroshima, kota manufaktur yang berjarak sekitar 500 kilometer dari Tokyo, dipilih sebagai sasaran pertama.
Bom uranium-235 seberat lebih dari 4 ton dipasang di pesawat pengebom B-29 yang dimodifikasi yang diberi nama Enola Gay (diambil dari nama ibu sang pilot, Kolonel Paul Tibbets).
Pukul 8:15 pagi, pesawat menjatuhkan bom "Little Boy" dengan parasut.
Bom meledak 2.000 kaki di atas Hiroshima dengan ledakan yang setara dengan 12.000-15.000 ton TNT, menghancurkan 8 km persegi kota tersebut.
Namun, kehancuran Hiroshima tidak juga membuat Jepang menyerah.
Baca juga: Kisahkan Pengeboman Hiroshima dan Nagasaki, Film Oppenheimer Belum Memiliki Jadwal Tayang di Jepang
Pada 9 Agustus, Mayor Charles Sweeney menerbangkan pesawat pembom B-29 lainnya, Bockscar, dari kepulauan Tinian.