TRIBUNNEWS.COM - Seorang anak berusia 13 tahun di Mississippi, Amerika Serikat (AS) dipaksa melahirkan setelah dirudapaksa orang tidak dikenal hingga hamil, lapor Time.
Ashley - nama yang disamarkan - bahkan belum naik kelas tujuh, dia diperkosa pada 2022 kemarin.
Berhubung Mississippi mengadopsi undang-undang aborsi yang ketat, siswa sekolah itu tidak punya pilihan selain menjalani kehamilan yang traumatis, lapor The Daily Beast.
Ibu Ashley itu, Regina mengungkapkan ingin melakukan prosedur aborsi untuk putrinya.
Sedangkan layanan aborsi terdekat yang bisa diakses keluarga itu yakni di Chicago.
Perlu waktu sembilan jam untuk sampai di klinik tersebut dari rumah mereka yang terletak di Clarksdale, Mississippi.
Biaya aborsi di Chicago juga relatif mahal.
Regina juga masih memerlukan biaya untuk perjalanan dan harus cuti kerja.
Baca juga: Ayah di Langsa Aceh 3 Kali Perkosa Anaknya, Mahkamah Syariyah Vonis Pelaku 14 Tahun 7 Bulan Penjara
“Saya tidak punya dana untuk semua ini,” kata Regina kepada Time.
"Dia hanya berkata: 'Sakit'," kata Regina.
"Dia menangis di kamarnya. Saya bertanya apa yang salah? Dan dia bilang tidak ingin mengatakannya kepada saya," tutur Regina.
Dibawa ke Rumah Sakit
Dikutip Independent, ibu dan anak itu sebelumnya belum pernah berbincang mengenai kehamilan atau bagaimana seseorang bisa hamil.
Tetapi melihat situasi yang terjadi, Regina bahkan bertanya kepada putrinya: "Apakah menurutmu kamu hamil?".
"Mereka harus (tetap) menjadi anak-anak," ucapnya.
Berdasarkan laporan Monday's Time, Ashley mengetahui bahwa dia hamil setelah ibunya membawanya ke rumah sakit karena muntah yang tidak terkendali.
Awalnya, Regina memperhatikan bahwa Ashley berperilaku berbeda.
Anak itu akan tinggal di kamarnya, lalu ketika dia senang pergi keluar untuk merekam tarian TikTok.
Baca juga: Tampang Pengemudi Ojol yang Perkosa WNA asal Brasil di Bali, Berhasil Ditangkap di Pasuruan
Setelah menerima pemeriksaan darah yang menunjukkan Ashley hamil, rumah sakit menghubungi polisi.
"Apa yang selama ini kau lakukan?" seorang perawat bertanya pada Ashley saat itu, menurut laporan itu.
Rumah sakit akhirnya mengarahkan Ashley ke Klinik Wanita Clarksdale, yang menyediakan layanan OB-GYN.
Klinik tidak menanggapi permintaan dari The Guardian untuk memberikan komentar.
"Itu tidak nyata baginya," kata Dr Erica Balthrop, dokter Ashley, kepada Time.
"Dia hanya tidak tahu," imbuh dokter tersebut.
Pengecualian Aborsi
Mississippi, bersama dengan banyak negara bagian lain yang juga melarang aborsi, secara teknis membuat pengecualian ketika kehamilan tersebut berasal dari perkosaan atau mengancam jiwa.
Tetapi aborsi yang diberikan berdasarkan pengecualian ini sangat jarang dan tidak terlacak dengan baik.
Pada bulan Januari, New York Times melaporkan bahwa Mississippi membuat dua pengecualian sejak larangan aborsi negara bagian diberlakukan.
Negara mengharuskan perkosaan dilaporkan ke penegak hukum agar memenuhi syarat untuk aborsi legal.
Baca juga: Pria di AS Perkosa Anjing Peliharaan, Ancam sang Ibu bila Melapor ke Polisi
Regina mengatakan dia mengajukan pengaduan ke departemen kepolisian Clarksdale setelah dia mengetahui bahwa Ashley hamil.
Departemen kepolisian mengonfirmasi kepada Time bahwa laporan telah diajukan.
Tetapi agensi tersebut menolak berkomentar secara terbuka tentang kasus tersebut karena melibatkan anak di bawah umur.
Setelah 39 minggu kehamilan, Ashley melahirkan seorang anak laki-laki, yang mereka beri nama Peanut.
Ashley memberi tahu Time bahwa kelahiran itu terasa "menyakitkan".
“Situasi ini paling menyakitkan karena anak yang tidak bersalah melakukan apa yang dilakukan anak-anak, bermain di luar, dan itu adalah anak saya,” kata Regina.
"Masih sakit, dan akan selalu sakit," katanya.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)