Mereka diduga menderita gangguan spektrum autisme sejak mereka berusia dua tahun.
Meski disarankan agar si kembar ditempatkan di sekolah pendidikan khusus, ibu mereka kesulitan menerima kondisi putranya.
Para korban terdaftar di Sekolah Dasar 1 di sekolah umum pada usia sembilan tahun, sementara mereka masih belum dapat berbicara.
Karena anak kembar itu mengalami kesulitan belajar, ibu mereka dan pembantu rumah tangga keluarga selalu menemani setiap anak ke kelas mereka di sekolah.
Hubungan Baik dengan Anak
Pengadilan mendengar bahwa Yap memiliki hubungan yang baik dengan putra-putranya, dan biasanya tidak mendisiplinkan mereka dengan kekuatan fisik.
Dia juga lebih terlibat dalam studi mereka setelah mereka mendaftar di sekolah tersebut.
Suatu hari di tahun 2019 dan 2020, Yap mulai lebih mengkhawatirkan masa depan putranya.
Dia sedih karena istrinya tidak dapat menerima kondisi mereka.
Penuntut mengatakan bahwa ibu si kembar sering marah kepada putranya.
Menurut pembela, Yap melihat tanda-tanda bekas pukulan tongkat pada si kembar dan memperhatikan bahwa istrinya tidak lagi menunjukkan kepedulian terhadap mereka.
Dia juga memperhatikan bahwa istrinya tidak lagi menyuapi atau memandikan si kembar, kata pengacaranya.
Baca juga: Binaragawan Asal Bosnia Bunuh Mantan Istri Sambil Live di Instagram, Diakhiri Aksi Bunuh Diri
Mulai Berpikir untuk Akhiri Hidup
Yap kemudian berpikiran untuk bunuh diri dan membeli pemecah es pada Desember 2021.