TRIBUNNEWS.COM - Ahli bedah di NYU Langone Health yang berbasis di New York, Amerika Serikat (AS) melaporkan kemajuan pada pasien mati otak yang mendapat transplantasi ginjal babi.
Pasien tersebut berhasil bertahan hidup selama 32 hari sejak operasi.
Ginjal babi yang digunakan adalah hasil modifikasi gen.
"Ini merupakan periode terpanjang di mana ginjal babi yang dimodifikasi gennya telah berfungsi para manusia," kata NYU Langone Health dalam rilisnya, Rabu (16/8/2023).
"Ini adalah langkah terbaru menuju pasokan organ alternatif yang berkelanjutan untuk pasien yang membutuhkan transplantasi," lanjutnya.
Staf bedah di NYU Langone Health berterimakasih kepada Mary Miller Duffy, saudara perempuan dari pasien yang mati otak, Maurice Miller (57).
Baca juga: Transplantasi Ginjal Tidaklah Mudah, Ini Syarat Bagi Penerima Donor
Mary Miller Duffy mengizinkan tubuh saudara laki-lakinya digunakan untuk prosedur inovatif transplantasi ginjal babi oleh NYU Langone Health.
“Saya ingin memulai dengan mengakui betapa bersyukurnya kita semua kepada Mary, yang duduk di sebelah saya,” kata Dr. Robert Montgomery pada presentasi berita yang dihadiri oleh The New York Post.
“Dia, pada saat kesedihan yang mendalam, menemukan cara untuk membantu saudara laki-lakinya mewujudkan keinginannya untuk memberikan hadiah kepada umat manusia pada saat kematiannya,” tambahnya, kepala ahli bedah dan ketua Departemen Bedah Kesehatan Langone NYU.
Penelitian tentang operasi pertama, yang berlangsung 14 Juli, akan berlanjut hingga pertengahan September, karena dokter memantau berapa lama ginjal hewan akan berfungsi dengan baik di dalam tubuh manusia setelah 32 hari.
"Ginjal babi hanya memiliki satu modifikasi genetik dan tanpa obat atau perangkat eksperimental," menurut Montgomery.
Transplantasi Organ Lintas Spesies
Baca juga: Tingkat Keberhasilan Transplantasi Ginjal di Indonesia Diklaim di Atas 95 Persen
Dalam xenotransplants, istilah medis untuk transplantasi organ lintas spesies, Montgomery dan timnya harus menciptakan solusi unik bagi tubuh pasien untuk menghindari "penolakan berlebihan" terhadap organ hewan setelah terhubung ke sistem peredaran darah pasien itu.
Ini dilakukan dengan "merobohkan" gen alfa-gal yang diubah dokter untuk mencegah penolakan pada pria tersebut, seperti diberitakan The New York Post.
Selain itu, kelenjar timus babi yang berkomunikasi dengan sistem kekebalannya, tertanam di bawah lapisan luar ginjal untuk mencegah respons imun baru yang tertunda.
“Kombinasi modifikasi telah terbukti mencegah penolakan organ sekaligus menjaga fungsi ginjal,” menurut NYU.
Operasi yang berpotensi mengubah permainan ini, bagian dari studi yang lebih besar tentang masalah ini.
Baca juga: Pasangan Inggris Ini Curhat Soal Anaknya yang Butuh Transplantasi Hati karena Hepatitis Akut
Suatu hari nanti, studi ini diharapkan dapat membuktikan pengobatan yang efisien untuk lebih dari 103.000 orang yang membutuhkan transplantasi organ di seluruh AS.
Sementara itu, tidak ada cukup ginjal yang tersedia untuk semua orang yang membutuhkannya.
"Tidak ada cukup organ yang tersedia untuk semua orang yang membutuhkannya," kata Montgomery.
"Terlalu banyak orang yang meninggal dunia karena kurangnya organ yang tersedia. Saya yakin xenotransplantasi adalah cara yang tepat untuk mengubahnya,” lanjutnya.
Mereka saat ini mengumpulkan lebih banyak bukti untuk menunjukkan, setidaknya transplantasi ginjal lintas spesies ini berpotensi menjadi inovasi di masa depan.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)