TRIBUNNEWS.COM - Raja Mohammed VI mengumumkan tiga hari berkabung nasional setelah gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,8 mengguncang Maroko pada Jumat (8/9/2023) malam waktu setempat.
"Bendera akan dikibarkan setengah tiang di semua bangunan umum selama masa berkabung," kata Pengadilan Kerajaan dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita resmi Maghreb Arabe Press, Sabtu (9/9/2023).
Raja Maroko juga memerintahkan penyediaan tempat tinggal, makanan, dan bantuan lainnya bagi para penyintas.
Selain itu, ia akan meminta pembentukan komite menteri untuk mengembangkan rencana rekonstruksi rumah-rumah yang hancur, seperti diberitakan Anadolu Agency.
Dia juga memerintahkan angkatan bersenjata untuk memobilisasi tim penyelamat udara dan darat serta membangun rumah sakit lapangan.
Baca juga: Sejarah Masjid Koutoubia Maroko yang Rusak Usai Diguncang Gempa Bumi
Warga Maroko yang selamat, menyumbangkan darah sebagai bagian dari upaya nasional untuk membantu para korban di pusat transfusi darah di Marrakesh dan Rabat.
Pihak berwenang Maroko sedang berupaya membersihkan jalan-jalan di Provinsi Al Haouz untuk memungkinkan lewatnya ambulans.
Banyak orang yang telah mengungsi setelah gempa terjadi.
Ketakutan akan gempa susulan telah mendorong banyak orang untuk tidur di luar, yang membuat mereka sangat kekurangan makanan dan air.
“Banyak orang yang tidur di jalanan tadi malam, jadi banyak sampah di sekitar dari orang yang tidur di luar karena mereka merasa lebih aman tidur di luar daripada di dalam rumah. Jadi saat ini kami sedang benar-benar tidak jelas tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya," kata Raja Mohammed VI, dikutip dari SBS News, Sabtu (9/9/2023).
Baca juga: Korban Tewas akibat Gempa Bumi di Maroko Capai 2.012 Orang
Di daerah pegunungan terpencil, seluruh desa dilaporkan rata dengan tanah.
Namun tempat-tempat seperti itu sulit dijangkau, jalan pegunungan dipenuhi bebatuan dan puing-puing lainnya, sehingga menyulitkan akses bagi layanan darurat.
Pemerintah Maroko belum secara resmi meminta bantuan dari komunitas internasional, yang merupakan langkah yang diperlukan agar kru penyelamat dari luar dapat dikerahkan.
Meski begitu, PBB mengatakan pihaknya siap membantu.