Badan keamanan Ukraina mengatakan mereka telah menyusun daftar kolaborator yang membantu mengatur pemungutan suara dan berjanji akan membalasnya.
Dua pemilih asal Rostov-on-Don asal mengatakan kepada AFP bahwa konflik adalah kekhawatiran utama mereka.
Pekan ini, kota yang berada di barat daya dekat perbatasan Ukraina itu diserang pesawat tak berawak.
"Kami hanya ingin hidup damai bersama anak-anak kami," kata Nina Antonova dikutip dari Kyiv Post.
"Semua orang khawatir dengan satu masalah ini: perang. Kami tidak punya kekhawatiran lain," ujar Anatoli.
Sementara itu, pemilu ini telah dianggap oleh Ukraina dan sekutunya sebagai pemilu palsu.
Semua negara, kecuali segelintir sekutu Rusia, mengakui wilayah tersebut sebagai bagian dari Ukraina.
Upaya Ukraina
Ukraina, yang pada bulan Juni memulai serangan balasan untuk membebaskan wilayah tersebut, perlahan-lahan mendapatkan kembali wilayah di Zaporizhia.
Mereka juga mengeklaim mendapatkan beberapa kemajuan di Donetsk, di sekitar kota Bakhmut yang hancur.
Di sisi lain, Dmitry Medvedev, mantan presiden Rusia dan pemimpin Rusia Bersatu, mengucapkan terima kasih kepada seluruh pemilih yang hadir untuk memberikan suara mereka di wilayah yang dianeksasi.
"Kami menghargai suara semua pemilih, tapi, mungkin, orang-orang yang tinggal di wilayah baru kami… suara mereka sangat berarti bagi partai kami," katanya seperti dikutip kantor berita TASS via Al Jazeera.
"Ini bukan sekadar mandat kepercayaan… sampai batas tertentu, ini adalah tindakan keberanian sipil dan partai kita harus memperlakukannya seperti ini," tuturnya.
(Tribunnews.com/Deni)