Mengingat letak beberapa desa yang terpencil serta sifat pemerintahan kota yang belum sempurna, maka perlu waktu lama untuk memastikan jumlah korban tewas.
Namun skala kehancuran tampak lebih buruk dari perkiraan para pejabat.
Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) di Libya mengatakan bahwa setidaknya 30 ribu orang mengungsi di Derna, kota yang paling terkena dampak Badai Daniel.
IOM menambahkan, 6.085 orang diketahui mengungsi di daerah lain yang dilanda badai termasuk Benghazi dan jumlah korban tewas masih belum dapat diverifikasi.
Guna menghindari penyebaran penyakit, ratusan jenazah dikuburkan secara kolektif dalam satu liang lahat.
Ini adalah bencana alam yang belum pernah terjadi sebelumnya di negara yang sudah terguncang akibat perang saudara dan perselisihan antar faksi yang kompleks selama lebih dari satu dekade.
"Bagi Libya, hal ini jelas merupakan sesuatu yang sama pentingnya seperti peristiwa 9/11 bagi AS,” kata Abouaoun, dari Komite Penyelamatan Internasional.
Bantuan perlahan-lahan masuk, katanya, namun Derna sangat membutuhkan tenaga kerja.
"Beberapa negara telah mengirimkan rumah sakit lapangan dan pasokan,” tambah Abouaoun.
"Apa yang sebenarnya kurang adalah dukungan lebih besar dalam operasi pencarian dan penyelamatan karena peluang untuk menemukan korban selamat semakin tertutup. Kita berada di hari kedua," jelasnya.
Ia meminta badan-badan bantuan internasional dan pemerintah asing untuk segera membantu operasi pencarian dan penyelamatan.
Seperti yang dilakukan beberapa negara setelah gempa bumi di Maroko pekan lalu.
Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, termasuk di antara para pemimpin dunia yang telah menjanjikan dukungan, dan banyak negara tetangga Libya yang mengirimkan tim dan bantuan kemanusiaan.
(Tribunnews.com/Deni)