TRIBUNNEWS.COM - Rangkuman berita populer Tribunnews di kanal Internasional dapat disimak di sini.
Azerbaijan melancarkan serangan ke wilayah perbatasan Nagorno-Karabakh yang dikuasi Armenia, dengan maksud merebut kembali daerah tersebut.
Meski sempat memanas, kedua belah pihak setuju untuk gencatan senjata.
Sementara itu, hubungan India dan Kanada meregang, disebabkan tewasnya pemimpin Sikh di Kanada.
Pemerintah Kanada menuduh India berada di balik tewasnya pemimpin Sikh tersebut.
Berikut berita populer Internasional selengkapnya.
Baca juga: Armenia Minta AS Campur Tangan Hadapi Peperangan dengan Azerbaijan
1. Etnis Armenia dan Azerbaijan Sepakati Gencatan Senjata di Nagorno-Karabakh yang Ditengahi Rusia
Pasukan etnis-Armenia di Nagorno-Karabakh menerima proposal gencatan senjata yang dibuat oleh pasukan penjaga perdamaian Rusia pada Rabu (19/9/2023) pukul 13.00 waktu setempat.
Gencatan senjata yang ditengahi Rusia itu terjadi hanya sehari setelah Azerbaijan melancarkan operasi militer di Nagorno-Karabakh, wilayah yang disengketakan Armenia dan Azerbaijan.
“Sebuah kesepakatan dicapai mengenai penarikan unit-unit dan prajurit angkatan bersenjata Armenia yang tersisa dari zona penempatan pasukan penjaga perdamaian Rusia, pembubaran dan perlucutan senjata sepenuhnya dari formasi bersenjata tersebut,” katanya dalam sebuah pernyataan.
Kementerian Pertahanan Azerbaijan mengatakan pihaknya setuju untuk menghentikan operasinya, seperti diberitakan RIA Novosti.
Azerbaijan mengatakan para pejabat akan bertemu dengan perwakilan komunitas Armenia di Nagorno-Karabakh pada Kamis (21/9/2023) di kota Yevlakh, Azerbaijan.
Mereka akan membahas masalah reintegrasi berdasarkan konstitusi dan hukum Azerbaijan.
2. Siapa Hardeep Singh Nijjar? Pemimpin Separatis Sikh yang Diduga Dibunuh Pemerintah India di Kanada
Baca juga: India Larang Warganya Bepergian ke Kanada hingga Kedua Negara Saling Usir Diplomat
Pembunuhan seorang pemimpin separatis Sikh asal India di Kanada, membuat hubungan kedua negara retak, menyebabkan pemecatan diplomat dan gagalnya perundingan perdagangan, Independent melaporkan.