TRIBUNNEWS.COM -- Ketua DPR Amerika Serikat Kevin McCarthy harus turun dari jabatannya setelah dimakzulkan pada Selasa (3/10/2023).
McCarthy yang merupakan wakil asal California (R-Calif) tersebut gagal menahan pembangkangan anggota sayap kanan ketika seluruh anggota DPR melakukan pemungutan suara untuk pertama kalinya dalam sejarah untuk menggulingkan pemimpinnya dan memasuki periode ketidakpastian dan kelumpuhan.
McCarthy dikeluarkan dari jabatannya dalam pemungutan suara dengan hasil 216 berbanding 210 pada Selasa malam, yang merupakan pertama kalinya dalam sejarah AS DPR memutuskan untuk memecat pemimpinnya.
Baca juga: Amerika Serikat Tuding China Lakukan Manipulasi Media Global
Hal ini merupakan sebuah pemakzulan yang belum pernah dilakukan sebelumnya dalam sejarah Dewan Perwakilan Rakyat selama lebih dari 240 tahun.
The Washington Post melaporkan, McCarthy menyatakan dia tidak akan mencalonkan diri lagi. Hal ini justru memicu pertarungan antar partai untuk mendapatkan posisi kedua setelah presiden.
Pemungutan suara yang dramatis pada hari Selasa adalah puncak dari perebutan kekuasaan yang sengit antara McCarthy dan anggota parlemen garis keras dari Partai Republik yang telah berlangsung selama sekitar sembilan bulan sebagai ketua parlemen, setelah McCarthy membantu memimpin Partai Republik meraih mayoritas tipis dalam pemilihan paruh waktu tahun lalu.
Memanasnya politik di AS tersebut didorong oleh faksi Partai Republik yang semakin radikal, yang semakin berani dan telah berulang kali menutup pemerintahan dan memimpin Partai Republik.
Di saat negara tersebut berada di ambang gagal bayar (default) atas utangnya.
Anggota DPR dari Partai Republik sekarang perlu memilih pemimpin baru dan menemukan konsensus untuk mendanai pemerintah pada pertengahan November atau kembali mengambil risiko penutupan pemerintahan.
Pemecatan McCarthy merupakan sebuah kejutan besar bagi konferensi Partai Republik yang penuh perpecahan, yang ditandai dengan ketegangan yang sudah berlangsung lama di antara faksi-faksi ideologis yang kini diperkirakan akan mencapai puncaknya.
Baca juga: Partai Republik Ungkap Ada Titik Terang Terkait Pembicaraan Plafon Utang Amerika Serikat
DPR tidak akan bertemu lagi sampai hari Selasa, ketika forum kandidat akan dimulai bagi mereka yang ingin menjadi ketua.
Anggota DPR dari Partai Republik juga menginginkan waktu untuk menenangkan emosi dan mencegah meningkatnya permusuhan di antara anggota parlemen Partai Republik jika mereka tetap bersama minggu ini.
Namun hal itu tidak menghalangi perebutan posisi sebagai penerus McCarthy sejak awal. Anggota Parlemen Jim Jordan (R-Ohio), yang ikut memimpin penyelidikan terhadap Presiden Biden, keluarganya, dan pemerintahannya, tidak menutup kemungkinan menjadi mencalonkan diri jadi ketua.
Dan Partai Republik telah mendekati Pemimpin Mayoritas Steve Scalise (R-La.) dan mendorongnya untuk mencalonkan diri, dengan mengabaikan diagnosis kankernya baru-baru ini, menurut seseorang yang mengetahui percakapan tersebut dan mengatakan bahwa Scalise secara aktif terlibat dalam percakapan tersebut.