Gerah Armada Laut Hitam Diberondong Drone, Rusia Kerahkan Pesawat Amfibi Buat Berpatroli
TRIBUNNEWS.COM - Rusia dilaporkan akan mengerahkan pesawat amfibi berusia puluhan tahun sebagai kendaraan patroli dari ancaman berbahaya dari militer Ukraina terhadap Armada Laut Hitam Moskow.
Laporan itu diungkapkan intelijen Inggris dalam laporan pembaruan mereka terkait situasi konflik Rusia dan Ukraina.
Sebagai catatan, Ukraina tidak memiliki angkatan laut yang memadai, namun selama dua bulan terakhir mereka telah meningkatkan serangannya terhadap Armada Laut Hitam Rusia dan target bernilai tinggi lainnya di sekitar semenanjung Krimea.
Baca juga: Sevastopol Dikurung Rudal Ukraina, Eks-Perwira CIA Ingatkan AS Soal Pembalasan Rusia
Gelombang serangan ini sebagai bagian dari counter offensive yang dilakukan Ukraina terhadap wilayah pendudukan Rusia yang dimulai sejak awal Juni silam.
Hal itu termasuk serangan rudal jelajah terhadap galangan kapal utama dan markas armada serta serangan dengan kapal permukaan tak berawak (USV) – atau drone laut – terhadap kapal Rusia.
Drone laut, yang tidak mahal dan dapat diisi dengan bahan peledak, telah membuat pusing Rusia, yang tidak dapat menemukan cara untuk menghentikan sistem tersebut secara konsisten.
Baca juga: Profil Kapal Olenegorsky Gornyak, Kapal Perang Rusia yang Cuma Miring Kena Hantam 450 Kilogram Bom
Para pakar mengatakan drone laut memberi Ukraina “keuntungan asimetris,” yang mendorong pucuk komando Ukraina untuk memprioritaskan pengembangan pembentukan armada drone angkatan laut pertama di dunia.
Pada awal Agustus, Ukraina menggunakan drone laut dalam dua serangan besar: yang pertama merusak kapal pendarat Olenegorsky Gornyak di pelabuhan Rusia Novorossiysk, dan yang lainnya melumpuhkan kapal tanker dagang Rusia Sig di dekat Selat Kerch.
Pada bulan September, Ukraina mengklaim drone-nya berhasil menyerang kapal patroli Rusia dan kapal lainnya.
Kementerian Pertahanan Rusia membantah klaim Ukraina tersebut, dengan mengatakan bahwa pasukannya menggagalkan serangan-serangan tersebut.
"Namun masalah (drone dan rudal) masih membuat Moskow (harus) mencari solusi," menurut Kementerian Pertahanan Inggris.
"Dalam beberapa pekan terakhir, komponen Penerbangan Angkatan Laut Armada Laut Hitam Rusia telah mengambil peran yang sangat penting dalam operasi Armada tersebut saat mereka berjuang menghadapi ancaman yang terjadi bersamaan di sisi selatan perang Ukraina,” tulis Kementerian Pertahanan Inggris dalam laporan intelijen Senin (3/10/2023) .
“Naval Aviation Rusia menekankan operasi patroli udara maritim, yang kemungkinan besar memiliki misi utama untuk mengidentifikasi kapal permukaan yang tidak memiliki awak,” kata Kementerian Pertahanan Inggris.
“Aset utama Rusia dalam operasi ini adalah pesawat amfibi Be-12 MAIL, yang dirancang pada tahun 1950an, terbang dari pangkalan di wilayah Krimea.”
Bertenaga Jet, Bisa Take-off dari Darat dan Laut
Beriev Be-12 adalah pesawat turboprop era Soviet yang dirancang pada tahun 1950an dan pertama kali diterbangkan pada tahun 1960.
Mampu take-off baik dari pangkalan darat maupun perairan, Be-12 dibuat untuk melakukan misi anti-kapal selam dan maritim jarak pendek untuk tugas patroli.
Be-12 dinilai sebagai kendaraan patroli yang efektif karena memiliki radar, detektor anomali magnetik, dan sonobuoy, serta dapat dipersenjatai dengan torpedo dan ranjau.
Biasanya terbang dengan empat awak – dua pilot, seorang navigator, dan seorang operator radio dan sensor – Be-12 dapat mencapai kecepatan hampir 330 mph dan terbang pada ketinggian maksimum sekitar 10.000 kaki.
Karena usia pesawat ini sangat tua, Rusia telah mulai menggantinya dengan Be-200ES bertenaga jet.
Rusia telah lama mengoperasikan Be-12 di Pangkalan Udara Kacha di Krimea, tempat pesawat-pesawat tersebut terlihat berpatroli tahun lalu.
Masih harus dilihat apakah Be-12 mampu memberikan perbedaan dalam mengekan ancaman drone laut Ukraina.
Armada Dipindah dari Sevastopol ke Novorossiysk
Selain meningkatkan operasi patroli udara maritim, Rusia juga telah melakukan operasi serangan maritim dengan jet tempurnya.
Menurut kementerian pertahanan Inggris, ada indikasi Rusia merelokasi aktivitas Armada Laut Hitam dari Sevastopol ke Novorossiysk, sebuah proses yang sudah berlangsung agar armada mereka lebih aman dari serangan.
“Dengan kemungkinan lebih banyak aktivitas Armada yang direlokasi ke Novorossiysk dalam menghadapi ancaman terhadap Sevastopol, Rusia berupaya menggunakan kekuatan udara angkatan lautnya untuk memproyeksikan kekuatan di wilayah barat laut Laut Hitam,” kata Kementerian Pertahanan Inggris pada Senin.
Sevastopol, yang terletak di tepi barat daya Krimea dan merupakan markas Armada Laut Hitam, menjadi korban dua serangan rudal jelajah besar bulan lalu, yang satu menargetkan galangan kapal utama dan yang lainnya menghantam markas armada.
Secara kolektif, serangan-serangan ini merusak beberapa kapal, serta menewaskan dan melukai sejumlah personel Rusia.
Novorossiysk, sebaliknya, adalah pelabuhan yang terletak di seberang Laut Hitam di wilayah Rusia yang diakui secara internasional.
Meski begitu, Ukraina telah menunjukkan bahwa mereka masih dapat mencapai Novorossiysk dengan drone lautnya dan menimbulkan kerusakan di sana.
(oln/BI/*)