TRIBUNNEWS.COM - Rusia kembali meluncurkan serangan udara ke wilayah Ukraina.
Kali ini, sebuah rudal yang ditembakkan Moskow menghantam sebuah supermarket di distrik Kupiansk di wilayah Kharkiv.
Pejabat Ukraina mengatakan sedikitnya 49 orang tewas dalam agresi terbaru oleh pasukan Rusia.
Saat ini, Rusia belum memberikan tanggapan terkait agresi ini.
Dilansir Al Jazeera, namun, Kremlin kerap membantah melakukan serangan terhadap sasaran sipil.
Baca juga: Zelensky Hadiri KTT EPC di Spanyol, Minta Dukungan soal Situasi di Laut Hitam
Kepala Kantor Kepresidenan Ukraina, Andriy Yermak juga memposting di Xnya terkait serangan ini.
Terjemahan: Sebuah rudal Rusia menghantam objek sipil di desa Hroza, distrik Kupiansk.
Sejauh ini, kita tahu bahwa 48 nyawa melayang, salah satunya adalah anak laki-laki berusia 6 tahun.
Ada juga 6 orang terluka, termasuk seorang gadis muda. Operasi penyelamatan sedang berlangsung.
#RussiaIsATerroristState
Awalnya, Gubernur Ukraina, Oleh Synehubov juga melaporkan 48 orang tewas dalam serangan Rusia.
Tak lama kemudian, ia merevisi jumlah korban menjadi 49 jiwa.
Baca juga: Hindari Serangan Rudal, Kota Kharkiv Akan Bangun Sekolah Bawah Tanah
Synehubov menerangkan seorang anak laki-laki berusia enam tahun termasuk di antara korban tewas.
Lewat unggahan Telegram, Synehubov mengatakan sebuah kafe dan toko diserang sekitar pukul 13:15 (10:15 GMT) di desa Hroza.
Kini pemerintah dan pihak berwenang sedang mengupayakan penyelamatan di wilayah tersebut.
Zelensky Minta Bantuan ke KTT Eropa
Dalam perkembangan perang Rusia vs Ukraina lainnya, Zelensky yakin Amerika akan tetap memberikan dukungan terhadap Ukraina.
Di tengah isu menipisnya bantuan militer dari AS, Presiden Ukraina telah mengajukan permohonan bantuan kepada Eropa.
Ia meminta agar blok tersebut memberikan lebih banyak bantuan untuk melawan invasi Rusia.
Melalui pidatonya, Zelensky menyinggung nasib anak-anak sekolah di Kharkiv yang harus melaksanakan pembelajaran jarak jauh.
Baca juga: Ukraina Mencak-mencak ke Elon Musk yang Unggah Meme Zelensky Jadi Pria Stres
Siswa juga harus mengikuti kelas di bawha tanah dan stasiun kereta bawah tanah.
“Sampai ada sistem pertahanan udara yang sepenuhnya efektif, anak-anak tidak dapat bersekolah,” katanya kepada lebih dari 40 pemimpin Eropa yang berkumpul di kota Granada, Spanyol.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)