TRIBUNNEWS.COM - Presiden Rusia, Vladimir Putin, berpendapat tentang meningkatnya ketegangan antara Israel dan Hamas Palestina baru-baru ini.
Menurutnya, baik Israel mau pun Hamas menunjukkan kekejaman satu sama lain.
Putin mendesak kedua belah pihak untuk memprioritaskan penduduk sipil.
“Israel, tentu saja, menghadapi serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah. Tidak hanya dalam skala, tetapi juga dalam sifat eksekusinya. Apa yang bisa saya katakan? Kita harus menyebut segala sesuatunya apa adanya,” kata Putin kepada wartawan setelah kunjungan dua harinya ke Kyrgyzstan, Jumat (13/10/2023).
Putin juga mengatakan, Israel setelah itu merespon Hamas dengan serangan yang besar.
"Pada saat yang sama, Israel menanggapi serangan dalam skala besar dengan metode yang cukup brutal,” kata Putin, dikutip dari RIA Novosti.
Ia mendesak kedua belah pihak untuk memikirkan penduduk sipil meskipun kedua belah pihak mengalami "kepahitan".
Baca juga: Serangan Udara Israel Tewaskan 70 Warga Gaza yang Berupaya Mengungsi
Putin Minta Israel Akhiri Blokade di Gaza
Presiden Rusia, Vladimir Putin juga memperingatkan Israel agar tidak menerapkan blokade total terhadap Gaza.
Ia menyebut pendekatan Israel terhadap wilayah Palestina di Jalur Gaza adalah hal yang tidak dapat diterima.
“Lebih dari dua juta orang tinggal di sana. Tidak semua orang mendukung Hamas, namun semua orang harus menderita, termasuk perempuan dan anak-anak. Tentu saja, hampir tidak ada orang yang setuju dengan hal ini,” tegas Presiden Rusia itu.
Rusia Ajukan Resolusi Damai Hamas Palestina-Israel ke PBB
Baca juga: Video Detik-detik Jurnalis Reuters Tewas setelah Rudal Israel Menghantamnya
Putin kembali menegaskan sikap Rusia.
Menurutnya, konflik antara Israel dan Hamas hanya bisa diselesaikan melalui perundingan, serta mematuhi resolusi PBB, yakni mewujudkan Palestina merdeka.
"Rusia berangkat dari postulat bahwa solusi negosiasi terhadap konflik Palestina-Israel tidak memiliki alternatif lain," kata Putin, membicarakan tentang solusi dua negara yang diajukan oleh PBB.
“Tujuan perundingan ini adalah penerapan formula dua negara PBB, yang menyiratkan pembentukan negara Palestina merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya, hidup berdampingan secara damai dan aman dengan Israel," lanjutnya, dikutip dari The Guardian.