News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Nasib Orang Asal Palestina di Israel Pasca Serangan Hamas, Diperlakukan Rasis, Kawan Jadi Lawan

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Polisi perbatasan Israel berusaha membubarkan demonstran yang memblokir jalan raya selama protes terhadap rencana pemerintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk merombak sistem peradilan, di Tel Aviv, Israel, Sabtu, 8 Juli 2023. (AP Photo/Ohad Zwigenberg)

Dia dijadwalkan melakukan kunjungan dua bulanan ke Gaza bersama kelompok hak asasi manusianya pada 12 Oktober. Kunjungan dokter dan psikolog bulan ini dibatalkan setelah serangan Hamas. Sebaliknya, dia malah merawat pasien yang dievakuasi dari rumah mereka di Israel selatan.

Sebuah stasiun radio lokal mewawancarainya pada kunjungannya. “Dalam wawancara ini, saya mengatakan bahwa apa yang dilakukan Hamas di mata saya adalah kejahatan perang, dan saya juga melihat bahwa apa yang dilakukan Israel di Gaza adalah kejahatan perang,” ujarnya.

“Dua jam setelah wawancara, saya mendapat telepon dari majikan saya,” kata Qassem, yang juga berpraktik sebagai dokter di sebuah klinik. Dia tidak diminta untuk berhenti berbicara kepada media, tapi “itu seperti peringatan bagi saya bahwa saya harus berhati-hati, Anda tahu, bahwa [mereka] mengikuti apa yang [saya] lakukan.”

Warga Palestina di Israel secara historis menghadapi diskriminasi sistemik, termasuk kurangnya investasi yang kronis di komunitas mereka dan – menurut Adalah – lebih dari 50 undang-undang yang berprasangka buruk terhadap mereka.

Namun “rasisme semakin meningkat”, kata pengacara Sawsan Zaher kepada Al Jazeera. “Apa yang kami lihat sekarang adalah sesuatu yang belum pernah kami lihat sebelumnya.”

“Fakta bahwa Anda mengutarakan pendapat Anda, meskipun itu belum tentu hasutan berdasarkan hukum pidana… sekarang sudah cukup untuk menyatakan dukungan apa pun tidak hanya untuk Hamas, tetapi juga rakyat Palestina,” tambahnya.

Zaher mengatakan masyarakat semakin “takut berbicara bahasa Arab” di depan umum.

Menundukkan kepala juga merupakan hal yang biasa dilakukan Noura, katanya.

“Dalam setiap situasi di mana ada kejadian atau sesuatu yang terjadi, kami berusaha untuk tidak membicarakannya sama sekali. Kita mencoba untuk melupakannya saja, melupakannya karena kita tahu kita akan dihakimi jika kita melakukannya. (Al Jazeera)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini