Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, LONDON – Harga minyak mentah dunia turun lebih dari 1 dolar AS pada awal perdagangan, Senin (23/10/2023) usai sejumlah bantuan kemanusiaan mulai memasuki Gaza.
Minyak mentah berjangka Brent turun 79 sen menjadi 91,37 dolar AS per barel. Sedangkan mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 91 sen menjadi 87,17 dolar AS per barel.
“Ada sedikit kelegaan di pasar minyak karena Israel menunda rencana serangan darat ke Gaza utara untuk merundingkan pembebasan sandera, yang membuka peluang diplomasi,” kata Vandana Hari, analisis pasar minyak Vanda Insights.
Baca juga: Menhan Israel Prediksi 3 Bulan Operasi Darat di Gaza, Optimis Habisi Hamas
“Pengepungan darat dipandang sebagai pemicu potensial perluasan konflik Israel-Hamas ke kawasan Timur Tengah, faktor di balik tingginya risiko harga minyak mentah selama dua pekan terakhir,” sambungnya.
Untuk mengurangi tekanan pasokan minyak yang sudah ketat karena pengurangan produksi oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan afiliasinya termasuk Rusia, Amerika Serikat memilih untuk menangguhkan sanksi terhadap anggota OPEC Venezuela setelah pemerintah Venezuela mencapai kesepakatan dengan pihak oposisi.
Bantuan Mulai Masuk ke Gaza
Sebagaimana diketahui, sejumlah bantuan kemanusiaan mulai berdatangan di Gaza dari Mesir pada akhir pekan lalu, ketika para pemimpin Arab dan menteri luar negeri berkumpul untuk pertemuan puncak di Kairo, meskipun pada akhirnya tidak dapat menghasilkan pernyataan bersama.
Dalam KTT Perdamaian Kairo, Raja Yordania Abdullah mengecam apa yang disebutnya keheningan global mengenai serangan Israel, yang telah menewaskan ribuan orang di Gaza yang dikuasai Hamas dan menyebabkan lebih dari satu juta orang kehilangan tempat tinggal, dan mendesak pendekatan yang adil terhadap konflik Israel-Palestina.
“Pesan yang didengar dunia Arab adalah bahwa nyawa orang Palestina tidak begitu berarti dibandingkan nyawa orang Israel,” katanya, sembari berduka atas tindakan kekerasan yang dilakukan terhadap warga sipil tak berdosa di Gaza, Tepi Barat yang diduduki Israel.
Sementara itu, Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan warga Palestina tidak akan terusir atau diusir dari tanah mereka.
“Kami tidak akan pergi, kami tidak akan pergi,” kata Abbas pada pertemuan puncak itu.