TRIBUNNEWS.COM - Badan intelijen Israel, Mossad, dan Dinas keamanan internal Israel, Shin Bet, telah membentuk unit operasi baru untuk memburu anggota unit khusus Nukbha Hamas.
Unit baru tersebut bernama NILI, yang namanya diambil dari jaringan intelijen Yahudi awal abad ke-20 yang membantu Inggris melawan Ottoman di Palestina selama Perang Dunia I.
NILI adalah akronim dalam bahasa Ibrani untuk Netzach Yisrael Lo Yeshaker, yang berarti "keabadian Tuhan tidak akan berbohong".
NILI akan fokus untuk melacak dan membunuh setiap anggota pasukan elit Nukbha Hamas.
Nukbha Hamas adalah komando angkatan laut di unit pasukan khusus Brigade Izz ad-Din al-Qassam, sayap militer Hamas yang memimpin operasi Badai Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023) lalu.
Anggota Nukbha Hamas mencakup agen-agen yang dipilih oleh para pemimpin senior Hamas, dikutip dari The Press United.
Baca juga: Menhan Israel Prediksi 3 Bulan Operasi Darat di Gaza, Optimis Habisi Hamas
Setidaknya dua komandan Nukbha Hamas tewas dalam serangan udara, menurut Pasukan Pertahanan Israel (IDF).
Keduanya adalah lomandan batalion Khan Younis Billal al-Qedra dan komandan kompi Ali Qadhi.
Sepuluh anggota unit lainnya diduga dibunuh pada Rabu (18/10/2023).
Yang paling dicari Israel adalah komandan militer Hamas, Muhammad Deif, dan pemimpin politik, Yahya Sinwar.
Keduanya dikatakan bersembunyi di jaringan terowongan yang diperkuat di bawah Gaza.
Pusat komando NILI terdiri dari personel operasi dan intelijen yang sudah memiliki nama dan foto target yang dimaksud.
Beberapa dari mereka telah dihabisi dan rumah anggota lainnya telah diserang.
Tujuan unit ini adalah untuk menjangkau semua anggota Nakbha Hamas di mana pun mereka berada.
Israel Serang Gaza
Baca juga: Hamas Palestina Pukul Mundur Serangan Darat di Gaza, Tewaskan 1 Tentara Israel
IDF menanggapi serangan Hamas dengan membom Gaza secara masif.
Juru bicara militer Israel mengatakan negaranya meningkatkan serangannya, dan ada peningkatan harapan akan serangan darat.
Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, mengatakan IDF akan menggunakan serangan udara sebelum melakukan serangan darat di Gaza.
“Sebelum musuh bertemu dengan pasukan lapis baja dan infanteri, mereka akan menghadapi bom dari angkatan udara,” kata Yoav Gallant memperingatkan Hamas, Minggu (22/10/2023), dikutip dari The Guardian.
Israel juga meningkatkan serangan di Tepi Barat yang diduduki semalam, dengan dua warga Palestina tewas dalam serangan di kota Nablus.
Baca juga: Serangan Udara Israel Sasar Kawasan Dekat Rumah Sakit Indonesia di Gaza Utara, Korban Cedera Serius
Eskalasi ini terjadi setelah Hamas Palestina menerobos perbatasan di Jalur Gaza menuju Israel pada Sabtu (7/10/2023).
Hamas meluncurkan roket ke wilayah Israel, yang memicu pembalasan Israel yang membombardir Gaza.
Pengeboman Israel yang kini memasuki minggu ketiga telah menimbulkan kerusakan luas di Gaza.
Lebih dari 4.650 orang Palestina yang tinggal di Gaza, meninggal dunia dan lebih dari 14.000 lainnya terluka, seperti diberitakan Al Jazeera.
Jumlah korban jiwa tersebut termasuk 1.873 anak-anak.
Menurut pejabat Palestina, lebih dari 400 warga Palestina telah terbunuh oleh serangan udara Israel di Gaza dalam 24 jam terakhir.
Sementara itu, lebih dari 1.400 orang meninggal dunia di Israel.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel